Mohon tunggu...
Annisa Maimunah
Annisa Maimunah Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis RS Nasional Diponegoro Undip Semarang; Psikolog Klinis Mitra Halodoc

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apakah Benar Waktu Dapat Menyembuhkan Luka?

27 Januari 2021   14:21 Diperbarui: 28 Januari 2021   22:34 3103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi waktu mencintai. (sumber: pixabay.com/geralt)

"Waktu yang menyembuhkan luka"

Kita sering mendengar ungkapan tersebut dari banyak orang. Ketika kita curhat dan bercerita masalah kita pada orang lain, seringkali kita diberikan saran seperti itu dari orang yang mendengarkan curhat kita.

"Tenang saja, tidak usah terburu-buru. Nanti lama kelamaan juga hilang sakitnya. Lama-lama luka tersebut akan sembuh sendiri"

"Tenang saja, lama-lama juga kita bisa melupakan, sehingga kesedihan itu akan hilang dengan sendirinya"

"Seiring berjalannya waktu juga kamu akan bisa memaafkan kesalahannya sehingga bisa berdamai dengannya"

Apakah pernyataan-pernyataan tersebut benar? Apakah benar waktu dapat menyembuhkan luka?

Luka batin atau trauma psikologis memang bisa hilang seiring berjalannya waktu. Tetapi apakah hilang berarti sembuh atau suatu saat akan datang kembali? Apakah dengan berdiam diri dan menunggu waktu berjalan, dengan sendirinya luka batin dan trauma psikologis kita akan menghilang? Apakah sebenarnya waktu atau hal lain yang bisa menyembuhkan kita dari luka batin dan trauma psikologis?

Mari kita bahas bersama dari tinjauan ilmu psikologi.

Terdapat istilah yang akhir-akhir ini sering dibicarakan dan didiskusikan orang. Istilah tersebut adalah self healing.

Self healing adalah proses yang dilakukan diri sendiri untuk menyembuhkan diri dari luka batin atau trauma psikologis. Dalam dunia keilmuan psikologi, istilah self healing ini awalnya merupakan konsep psikoterapi gestalt dan konsep psikologi humanistik dari ahli psikoterapi Carl Rogers. 

Layaknya tubuh secara fisik yang mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel-selnya untuk menyembuhkan diri, psikis juga punya kemampuan untuk menyembuhkan diri dari luka batin dan trauma.

BAGAIMANA PROSES SELF HEALING TERJADI?

sumber gambar: michaelbliss.co
sumber gambar: michaelbliss.co

Self healing akan terjadi dalam diri kita apabila kita menyadari perasaan-perasaan di bawah sadar yang selama ini terpendam. Diri secara otomatis memiliki mekanisme alami untuk menekan pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan ke bawah sadar. 

Hal ini diciptakan Tuhan  sebenarnya agar kita tidak terlalu kesakitan secara psikis dan mampu menanggung perasaan-perasaan tidak menyenangkan tersebut. 

Namun demikian, jika perasaan-perasaan tersebut terus kita biarkan berada di bawah sadar, kita sangkal dan hindari, di kemudian hari dapat muncul kembali. 

Inilah yang sering kita sebut sebagai luka batin atau trauma psikologis yang belum sembuh. Cara untuk menyembuhkannya adalah dengan menyadari dan menghadapinya. Hanya dengan menghadapi perasaan-perasaan menyakitkan tersebut secara langsung, proses self healing dapat terjadi dalam diri kita.

Ketika menghadapi permasalahan yang berat yang menyebabkan luka batin dan trauma psikologis, seringkali kita berusaha ekstra keras untuk menghilangkan luka batin atau trauma psikologis tersebut. 

Segenap upaya kita lakukan untuk melupakan atau menyelesaikan permasalahan agar tidak memunculkan kesakitan. Kita berusaha melakukan hal yang benar berdasarkan pandangan masyarakat umum. Kita kemudian menilai benar-salah usaha kita. 

Tak jarang kita menyalahkan dan melabel diri kita ketika salah atau tidak mampu menyelesaikan permasalahan. Proses yang sebenarnya sangat menyakitkan. 

Padahal menurut Hammer (2014), seorang ahli peneliti self healing, jika kita meluangkan waktu untuk berusaha mengerti apa yang diinginkan oleh diri kita (self understanding), menerima keadaan diri kita saat ini (self acceptance), dan memahami keseluruhan yang terjadi di dalam diri kita (self integration), maka diri kita sendirilah yang akan menyembuhkan luka batinnya (tercapai self healing). 

Proses self healing adalah proses pemahaman diri secara kreatif (creative self understanding) yang bebas dari penilaian (self judgement) dan penolakan (self rejection), sehingga akan bebas atau minimal sekali mengandung luka batin.

Mungkin saat ini diri kita sedang marah akan kejadian tertentu. Rasakan saja kemarahan tersebut. Rasakan semua sensasi yang terjadi di tubuh, emosi, dan pikiran yang sedang terjadi dalam diri kita. 

Pahami apa yang sedang dialami oleh tubuh kita. Pahami apa yang terjadi, mengapa diri kita marah, apa yang diinginkan diri dari kemarahan tersebut. Pahami dan terima saja. 

Hingga pada suatu saat, diri secara kreatif dapat menemukan apa yang sebaiknya dilakukan. Self healing dapat sangat berbeda prosesnya pada setiap orang. Bebasakan diri dan pikiran kita berproses dengan caranya sendiri, jangan memaksakan diri untuk segera mencapai kesembuhan. Itulah sebabnya proses self healing disebut sebagai proses creative self understanding.  

APAKAH SELF HEALING BERARTI MENYEMBUHKAN DIRI TANPA BANTUAN ORANG LAIN?

Meskipun namanya self healing, bukan berarti prosesnya merupakan proses yang murni dapat dilakukan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Proses diri menyembuhkan diri dari luka batin dan trauma psikologisnya memang merupakan proses yang terjadi di dalam diri, dilakukan sendiri oleh diri sendiri. 

Namun demikian, untuk mencapai proses penyembuhan diri tersebut, bantuan orang lain di sekitar dapat sangat mendukung. Carol,dkk (dalam Richards, dkk; 2010) menyebutkan bahwa proses self healing sebenarnya terdiri dari 4 proses, yaitu:

1. Intra personal work

Proses diri itu sendiri melakukan penyembuhan luka batin dan trauma psikologis. Jika diri mampu menuju keadaan mengerti dan menerima diri sendiri, tanpa menilai, melabel, dan menyalahkan diri sendiri, maka proses self healing akan mudah terjadi.

2. Inter personal support

Diri akan mudah mencapai kondisi yang menerima diri apabila lingkungan sekitar adalah lingkungan yang mendukung. Apabila orang-orang terdekat di sekitar adalah orang-orang yang terbiasa menerima dan mengerti kondisi kita apa adanya, maka kita pun akan lebih mudah untuk menerima dan mengerti kondisi diri kita. 

Sebaliknya, apabila orang-orang di sekitar kita terbiasa untuk menilai dan menyalahkan usaha-usaha kita, maka kita pun akan lebih mudah terpengaruh untuk ikut menilai, melabel, dan menyalahkan usaha-usaha kita. 

Demikianlah dukungan psikologis orang-orang di sekitar kita sangat berperan penting bagi usaha kita menuju self healing.

3. Professional development and support

Terkadang diri begitu kesulitan mencapai keadaan menerima dan mengerti diri sendiri apa adanya. Ada saat-saat dimana kita begitu marah atau sedih tetapi tidak bisa menerima diri merasakan marah atau sedih tersebut. 

Mungkin karena sejak kecil terbiasa untuk tidak memperbolehkan diri menangis, atau mungkin aturan di sekitar kita menuntut kita tidak boleh mengekspresikan marah. 

Kondisi lain yang mungkin terjadi adalah luka batin dan trauma psikologis kita begitu besarnya sehingga kita tidak bisa berpikir jernih untuk menerima dan mengerti kondisi diri apa adanya. 

Saat inilah kita membutuhkan dukungan profesional untuk membantu menciptakan kondisi optimal agar self healing terjadi pada diri kita. Jika ini yang dirasakan, maka segera hubungi psikolog atau psikiater yang dipercaya. 

Psikolog atau psikiater akan membantu kita menganalisis penyebab self healing dalam diri kita tidak dapat berfungsi secara alami. Mereka kemudian akan membantu kita untuk menghilangkan penyebab tersebut agar kondisi self healing akan dapat berfungsi dengan semestinya.

4. Physical/ recreational activities

Ada saat dimana emosi yang kita rasakan begitu kuat. Hingga rasanya sangat sulit untuk berfikir jernih menemukan apa yang harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengalihkan sejenak aktivitas yang menyebabkan munculnya emosi negatif tersebut ke aktivitas lain yang dapat membuat emosi positif muncul. 

Saat kita begitu marah dan kecewanya akan peristiwa tertentu hingga pikiran kita menjadi kurang jernih, salah satu yang dapat dilakukan adalah mencoba melakukan aktivitas lain yang dapat menjernihkan pikiran. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas hobi, rekreasi, atau aktivitas lainnya yang disukai. 

Namun demikian, pengalihan ini sifatnya hanya sementara. Setelah pikiran menjadi lebih jernih, jangan lupa untuk kembali menghadapi permasalahan yang sebenarnya. Pada saat kita kembali pada permasalahan dengan pikiran yang lebih jernih, keadaan self healing akan lebih mudah tercapai.

LATIHAN APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MEMUDAHKAN SELF HEALING TERJADI?

Salah satu cara sederhana yang dapat membantu diri kita mencapai self healing adalah dengan melatihkan mindfulness. Terbiasa untuk mindful di tengah situasi apapun akan membantu kita lebih mudah mencapai creative self understanding. 

Pemahaman terhadap diri yang tanpa penilaian, yang membawa kita pada kesembuhan luka batin diri sendiri. Bagaimana cara melakukan mindfulness? Pembaca dapat membacanya pada artikel saya sebelumnya.

APAKAH BENAR WAKTU DAPAT MENYEMBUHKAN LUKA?

Jika kembali pada pertanyaan awal, benarkah waktu dapat menyembuhkan luka? Maka jawabannya adalah memang benar seiring berjalannya waktu, tubuh memiliki mekanisme alami untuk menyembuhkan diri dari luka batin dan trauma psikologis. 

Namun demikian, tanpa usaha untuk menuju keadaan self healing, waktu akan berjalan dan terbuang begitu saja. Yuk kita coba membiasakan diri mencapai kondisi self healing untuk membantu waktu menyembuhkan luka batin dan trauma psikologis kita. Selamat mencoba.  

PUSTAKA

Hammer, M. 2014. Psychological Healing Through Creative Self-Understanding. Dr. Barry J. Hammer and Strategic Book Publishing and Rights Co. All rights reserved.

Maimunah, Annisa. (2020). Self Healing untuk Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi. (Materi Seminar Online "A Mental Health Response to Infection Outbreak). Semarang: Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Universitas Diponegoro.

Richards, K.C., Campenni, C.E., Burke, J.L..M. 2010. Joumal of Mental Health Counseling Volume 32/Number 3/July 2010/Pages 247-264: Self-care and Well-being in Mental Health Professionals: The Mediating Effects of Self-awareness and Mindfulness.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun