Mohon tunggu...
Annisa Nurizky
Annisa Nurizky Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing Content

✨ Mahasiswa ✨ ✨ Freelancer ✨ ✨ Illustrator ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tampil Keren ala Milenial dengan Thrifting

13 Desember 2020   12:00 Diperbarui: 13 Desember 2020   12:04 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 2020 ini, cara berpakaian mulai banyak disoroti oleh para millennial. Gaya berpakaian tersebut terkadang terlihat mentereng, nyentrik, kasual, santai, feminin, monokrom, oversized, hingga gaya jadul ala 90-an juga digunakan oleh para millennial. 

Bahkan, mereka juga  mulai menciptakan gaya berpakaian mereka sendiri sesuai yang mereka mau namun tetap terkesan keren. Menurut Barnard (2009:3), pakaian merupakan bentuk ekspresi dari identitas pribadi yang mendefinisikan dan menggambarkan pribadi pemakainya. 

Bermacam-macam gaya berpakaian yang digunakan oleh millennial membuat mereka perlu memiliki berbagai macam bentuk pakaian. Beberapa pakaian dapat ditemukan dengan  mudah di toko dan online shop. Namun, ada sebagian lain yang sudah tidak diproduksi lagi  karena dianggap kuno oleh kebanyakan orang. 

Kondisi tersebut menciptakan sebuah tren baru dalam dunia berpakaian, yaitu thrifting. Thrift adalah suatu pakaian bekas yang berasal dari luar negeri namun masih terlihat baru. Thrifting adalah sebuah kegiatan membeli pakaian-pakaian thrift. 

Pakaian thrift saat ini mulai banyak diminati. Selain karena kelangkaannya dalam dunia fashion, pakaian ini dapat dimiliki dengan harga yang terjangkau namun memiliki kualitas yang bagus. Bahkan, apabila beruntung, pembeli bisa mendapatkan pakaian bermerek yang asli yang  harganya jauh lebih murah dari harga asli pakaian tersebut. 

Sebagian orang mungkin menganggap membeli pakaian bekas adalah suatu hal yang aneh. Mereka menganggap bahwa dengan membeli barang bekas, berarti orang tidak membeli produk yang higenis dan tidak layak pakai. Namun logikanya, pakaian tersebut tidak akan dijual dan diminati apabila kondisinya tidak bagus. Artinya, pakaian-pakaian thrift masih memiliki kondisi yang bagus dan sangat memungkinkan untuk dibeli oleh para millennial. 

Di balik anggapan negatif terhadap pakaian-pakaian thrift, ternyata banyak manfaat yang didapatkan dari barang tersebut. Beberapa manfaat pakaian thrift adalah:

1. Membuka peluang untuk berwirausaha

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian perindustrian, Gati Wibawaningsih mengatakan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia baru menyentuh angka 3% dari total populasi penduduk. Maka dari itu, Indonesia perlu untuk menambah wirausahawan baru untuk meningkatkan jumlah wirausahawan supaya dapat mendukung perkembangan ekonomi negara. 

Adanya fenomena thrifting dapat membuka peluang untuk berwirausaha bagi para millennial. Apabila membeli pakaian thrift dalam jumlah partai besar, pakaian- pakaian tersebut dapat bisa dijual kembali sesuai dengan harga yang laku di pasaran.  

Hal ini merupakan sesuatu yang baik karena millenial tidak perlu mengeluarkan modal yang banyak untuk biaya produksi, sehingga dapat menghemat pengeluaran untuk menghasilkan pendapatan yang besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun