Mohon tunggu...
Annisa A
Annisa A Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba

Bekerja sebagai ASN. Hidup seperti manusia pada umumnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Lubang Hitam

23 Desember 2021   15:11 Diperbarui: 23 Desember 2021   15:20 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/@jenny_huang_i

Pertama kali mendengar soal lubang hitam, Nova lebih tertarik mengingat penyesalan-penyesalannya daripada fakta-fakta ilmiah tentang benda luar angkasa itu. Tak sedikitpun Nova tertarik dengan sains. Ia tak bisa dipikat oleh keajaiban-keajaiban Tuhan yang berlaku pada alam, ia lebih suka mempertanyakan adakah keajaiban Tuhan yang berlaku pada diri dan kehidupannya sendiri.

Akan tetapi, lubang hitam ini perkara lain. Andra, seorang anak laki-laki tetangganya yang sedang menginjak bangku SMP mengatakan padanya bahwa lubang hitam akan menarik apapun yang berada di dekatnya dan tidak akan pernah mengeluarkannya kembali.

Nova tahu bahwa biasanya apa yang diceritakan Andra sebagiannya adalah hasil mengira-ngira anak itu sendiri agar ia bisa terlihat keren dan cerdas, tetapi saat ini Nova tidak peduli dengan kebiasaan anak itu. Ia sekarang punya dua kata baru yang menyita pikirannya: lubang hitam.

Di kamarnya, Nova berbaring di atas kasur yang lusuh sambil memandangi lelangitan kamar yang dihiasi sarang laba-laba. Sore itu sunyi. Tidak ada suara langkah kaki di luar. Penghuni rumah sebelah yang biasanya memutar musik dangdut tiap sore pun sepertinya sedang pergi. Rasa-rasanya Nova bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

Sebagaimana proses manusia yang beranjak terlelap pada umumnya, Nova pun tidak tahu bagaimana kejadiannya hingga ia meninggalkan alam sadarnya.

Ia terbangun dengan perasaan melayang. Ternyata bukan hanya perasaannya saja, tubuhnya pun ikut mengambang di ruang hampa. Di ruang hampa mana? Bagaimana bisa ia tidak jatuh? Jatuh pun Nova tidak tahu akan ke mana. Segala di kejauhan tampak gelap, tetapi ia melihat banyak titik-titik cahaya dan awan-awan debu indah di kejauhan sana. Ke arah mana pun ia menoleh semuanya tampak sama. Ini seperti yang biasa ia lihat di langit malam. Bintangkah titik-titik itu?

Nova pernah tahu kalau di luar angkasa tidak ada udara. Lalu bagaimana ia bisa mengambang dengan tenang tanpa sesak nafas? Jika dipikirkan, ia bahkan tidak merasa menghirup dan mengembuskan apapun. Ia seperti benda mati yang pasrah melayang-layang entah tertahan oleh energi apa.

Tak ada suara apapun. Kali ini detak jantung dan aliran nafas pun tak terdengar oleh Nova. Jika tanpa suara seperti ini, Nova bisa menebak bahwa ia sedang bermimpi. Lantas, bagaimana caranya agar ia bisa bangun?

Tapi ini menenangkan. Kenapa tidak biarkan saja dulu segalanya seperti ini? Pikirnya.

Kemudian, ia akhirnya melihat sesuatu yang berbeda. Entah darimana asalnya, ada suatu arah di mana ketika ia memandang ke sana yang tampak bukanlah bintang-bintang. Arah itu gelap. Benar-benar tak tampak apa-apa. Nova pun sadar kegelapan yang ganjil itu membentuk sebuah lingkaran, atau mungkin sebenarnya ia adalah sebuah benda langit besar yang berwarna hitam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun