Mohon tunggu...
Ann Fauziana
Ann Fauziana Mohon Tunggu... -

Ann orangnya simple.. Hoby baca, nulis n diskusi. Muslimah idealis n try hard to fight for my idealism.. Kehidupan ini merupakan medan yg sangat luas utk menghasilkan dan melaksanakan berbagai hal guna mewujudkan tujuan2 agung yg ingin qt capai dlm kehidupan qt, serta menghasilkan dan melaksanakan berbagai hal guna meraih tempat yg ingin qt capai di akherat nanti. Ingatlah Q.S. Al Mulk ayat 1-2. visit my blog http://keepfight.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengikat Persahabatan Penuh Makna, Ada Cerita di Balik Gua

9 Juli 2010   08:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasulullah pernah bersabda, “Khiyaarukum fil jahiliyah, khiyaarukum fil Islam… Sebaik-baik kamu di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kamu di masa Islam.”

Berbicara persahabatan, mengingatkanku pada sejarah gemilang di masa lalu.. persahabatan yang kokoh nan terukir indah dalam catatan tinta emas peradaban di awal munculnya Islam… frenship penuh kisah teladan dari generasi terdahulu, generasi Rasulullah saw dan para sahabat.

Ya.. Para sahabat.. mereka adalah figur-figur menarik yang penuh warna. Menggambarkan sosok mereka sebagai manusia biasa, namun ada kemuliaan yang senantiasa terukir dalam kebiasaannya itu. Karakter di antara mereka sungguh berbeda, namun Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah.

Berkesan dan dan membuat setiap yang memandang mereka harus berdecak kagum lagi terpesona..

Abu Bakar Ash Shidiq. Benar, membenarkan, dan dibenarkan. Mengapa? Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan RasulNya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar, “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dancing dan iman Abu Bakar pada dancing yang lain, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Subhanallah.. Tidakkah kita iri pada keshalehannya??

Rasulullah saw bersabda: Tidaklah aku mengajak seseorang masuk Islam kecuali ia akan berwajah pucat mendengarnya, merasa ragu-ragu, dan berpikir panjang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak menunda-nunda masuk Islam ketika aku menceritakan Islam kepadanya, dan juga tidak merasa ragu-ragu.

Pada Abu Bakar kita berkaca makna persahabatn yang sebenarnya, Makna sebuah pengorbanan , bukti kecintaan, kesetiaan yang tunduk pada pemikiran, hanya mendaulatkan aturan tertinggi pada Islam. Umar Al-Faruq. Ia, sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, jujur pada Allah, jujur pada manusia. Blak-blakkan, keras, tak kenal takut. “Bukankah kita berada diatas kebenaran? Bukankah mereka beradar diatas kebathilan? Bukankah kalau kita mati, kita masuk surga sedang mereka masuk neraka?”

Ustman Dzun Nurain, si pemalu berakhlak mulia. Ali yang ceria. Ceria mengajarinya keberanian untuk tidur menggantikan Rasulullah di saat teror pembunuhan mengepung kediaman beliau yang kecil. Ceria mengajarinya berlari-lari menyusur padang pasir sejauh 400 km untuk hijrah seorang diri dalam kejaran musuh.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Ada Khalid, pedang Allah yang senantiasa terhunus. Maka sering, dengan kudanya ia membelah barisan musuh sendiri. Ia pedang Allah, mak tiga belas pedang patah di tangannya pada perang Mu’tah. Ia pedang Allah, yang memang hanya hafal sedikit ayat. Tetapi seluruh bagian tubuhnya yang penuh luka akan menjadi saksi dihadapan Allah, meski ia mati di ranjang. Ada Hudzaifah, pemegang rahasia-rahasia Rasulullah. Maka ialah intelejen paling gemilang dalam sejarah, yang duduk di hadapan Abu Sofyan, pemimpin musuh. Maka ketika pada Rasulullah manusia bertanya tentang amal-amal yang harus dilakukan, ia bertanya tentang laku-laku yang harus dijauhi. Ia, manusia yang lisannya tak bisa dipaksa berbicara, meski oleh Umar sahabatnya. Ia, pemegang rahasia-rahasia.

Ada lagi yang agung dalam gelar kematiannya. Hamzah penghulu syuhada, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari di surga, Abdullah bin Rawahah yang ranjangnya terbang menghadap Rabbnya. Sa’ad bin Mu’adz yang kenaikan ruhnya membuat ‘Arsyi Allah berguncang, dan Hanzhalah yang dimandikan malaikat.

Ada yang mulia dengan perbuatannya. Usaid bin Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Ibnu Mas’ud yang qiraatnya seperti saat Al-Qur’an diturunkan, Abdurahman bin Auf yang diberkahi dalam shadaqah dan simpanannya, keluarga Abu Thalhah yang membuat Allah takjub, dan Ukasyah yang ingin bersentuh kulit dunia akhirat dengan Rasulullah.

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecenderungan-kecenderungan memang berbeda. Dan jadilah itu warna-warna. Ada canda yang mereka lakukan, sampai saling lempar semangka suatu ketika. Tapi periwayat hadits ini berkomentar, “Mereka adalah laki-laki dalam urusan-urusannya!” Ya, mereka tahu kapan saatnya lempar semangka, dan kapan saatnya lempar lembing untuk menegakkan agama Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun