Saya sendiri dulu tidak tertarik dengan bercocok tanam. Saya bahkan sempat gagal menanam bunga di rumah orang tua.
Namun, segalanya berubah saat sekolah memberikan hadiah sepot anggrek kepada setiap staf.
Anggrek ungu itu menjadi tanaman pribadi pertama saya. Dengan merawatnya setiap hari, saya melihatnya tumbuh subur dan berbunga. Keberhasilan kecil ini membangkitkan kepercayaan diri saya.
Saya mulai membeli anggrek lain, tanaman hias keladi, dan bahkan mencoba menanam cabai serta bunga telang. Meskipun cabai belum selalu berhasil, saya terus belajar.
Kesimpulan
Pengalaman ini membuat saya ingin berbagi semangat bercocok tanam kepada generasi muda. Negara kita memiliki tanah yang subur dan iklim yang ideal. Kita hanya perlu membangkitkan minat anak-anak untuk berkebun.
Ironisnya, banyak negara dengan sumber daya alam terbatas justru memiliki ahli agrikultur yang hebat. Sementara kita yang tinggal di tanah yang kaya malah semakin bergantung pada tenaga asing.
Sebagaimana lirik lagu "Kolam Susu" dari Koes Plus mengingatkan kita:
Orang bilang tanah kita tanah surga,
Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman.
Jadi, apa lagi yang kita tunggu? Mari kita mulai dari diri sendiri dan anak-anak kita.
Kita bisa mengusulkan program berkebun di sekolah agar generasi mendatang memahami bahwa bertani juga merupakan profesi yang menjanjikan dan membanggakan.