Mohon tunggu...
Anne Tobing
Anne Tobing Mohon Tunggu... Proses Belajar

Menulis dengan bahasa yang ringan saja.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Rumah Nyaman, Keluarga Betah

24 Februari 2025   23:14 Diperbarui: 25 Februari 2025   17:16 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga (Sumber: Pinterest)

Rumah adalah tempat paling aman untuk menumpahkan emosi. Anak-anak saya sering mencari saya setelah pulang sekolah. Kadang mereka memanggil saya ke kamarnya, memeluk, bahkan menangis di bahu saya. Dalam momen seperti itu, saya tidak buru-buru bertanya atau memberikan solusi. Saya hanya mendengar, memberikan pelukan, dan mengusap kepala mereka. Setelah merasa lega, barulah mereka mulai bercerita. Anak-anak hanya butuh didengar, dan rumah adalah tempat terbaik bagi mereka untuk merasa dipahami. Sebaliknya, bayangkan jika anak-anak kita pulang dengan gundah dan mereka butuh orangtuanya untuk menumpahkan kesedihannya tapi kita tidak ada di sana, kemana mereka akan mencari pengaduan? Dalam beberapa kasus, anak-anak lebih suka berkumpul dengan teman-temannya karena merasa lebih didengar dan ditemani

5. Tempat Berekspresi dan Bekerja

Setiap anggota keluarga memiliki minat dan passion yang berbeda. Biarkan mereka mengekspresikan diri di rumah tanpa terlalu banyak larangan. Saat anak-anak masih kecil, mereka suka mencoret dinding. Kami membiarkan mereka, karena rumah kami kecil dan tidak memiliki ruang khusus untuk menggambar. Meski kami mengarahkan mereka untuk menulis di kertas, mereka lebih memilih dinding, mungkin sensasinya berbeda. Ketika mereka beranjak besar, kami mengecat ulang dinding rumah. Tidak ada masalah, asalkan mereka nyaman berekspresi.

Begitu pula bagi orang tua yang bekerja dari rumah. Jika suami atau istri butuh ketenangan untuk bekerja, beri mereka ruang dan informasikan kepada anggota keluarga agar suasana tetap kondusif.

Saya pernah bertemu seorang anak yang enggan pulang meski hari sudah larut. Masih berseragam sekolah, ia lebih memilih mengerjakan PR di rumah temannya dan mengobrol dengan keluarga temannya.  Ketika ditanya, ia berkata bahwa rumahnya berisik, kotor, dan ia selalu diminta bekerja, sehingga sulit belajar. Dengan sedih, ia bahkan bercita-cita membeli rumah sendiri agar bisa merasa nyaman. Miris, bukan?

6. Tempat Belajar tanpa Takut Salah

    Selain tempat istirahat dan berkumpul, rumah juga menjadi ruang belajar yang aman bagi setiap anggota keluarga. Rumah adalah tempat kita belajar tanpa takut salah. Anak-anak berproses untuk belajar bicara, berjalan, belajar tahu yang baik dan yang tidak baik di rumah, tidak lansung benar, banyak jatuh bangunnya. Namun usaha tidak mengkhianati hasil. Akhirnya mereka cakap dalam berjalan, bicara, dan mampu membedakan yang baik dan yang tidak baik. Demikian juga orangtua belajar setiap hari di rumah, untuk memahami, mendidik dan menjadi pemimpin. Semua dilakukan dengan alami, tanpa pernah merasa takut salah karena rumah adalah tempat yang paling aman untuk belajar, tidak akan ada yang memarahi, merundung, dan menghakimi kita. Keluarga akan ada selalu di sana, di rumah untuk mendukung kita. Contohnya: ketika ibu akan wawancara esok hari di kantor, ibu akan berlatih di rumah dan meminta semua keluarga memberikan feedback. Begitu juga anak yang akan ikut lomba pidato, dia akan mendemonstrasikannya di depan orangtuannya dan meminta orangtuanya memberikan umpan balik.

7. Penuh Syukur

Rumah yang nyaman adalah rumah yang dipenuhi rasa syukur. Jika hari ini hanya ada telur di meja makan, mari buat telur itu menjadi hidangan yang lezat untuk dinikmati bersama. Energi positif dalam keluarga berasal dari kebiasaan bersyukur.

8. Rasa Peduli dan Memiliki

Setiap anggota keluarga sebaiknya memiliki peran dalam menjaga rumah. Ada yang bertugas menyapu, mencuci piring, atau membersihkan toilet. Jika ada yang tidak beres, anggota keluarga lain bisa saling mengingatkan, menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap lingkungan rumah. Ketika kami remaja, kami telah punya tugas masing-masing. Saya bertugas memasak dan mencuci pakaian bareng adik saya, adik saya menyetrika dan mencuci bareng saya, dan adik saya yang ketiga bertugas menyapu rumah. Jadi sebelum berangkat sekolah, saya bertanggung jawab untuk menyajikan makanan, jika saya tidak memasak, konsekuensinya satu keluarga tidak makan. Tanggung jawab seperti ini menumbuhkan rasa peduli dan rasa memiliki terhadap rumah dan keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun