Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Buku Kecil yang Mengubah Konsep Diriku

15 Mei 2021   11:33 Diperbarui: 15 Mei 2021   20:24 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian buku koleksi keluarga kami (sumber foto: dokumentasi pribadi)

Ilustrasi konsep diri negatif (sumber foto: cookie_studio/freepik)
Ilustrasi konsep diri negatif (sumber foto: cookie_studio/freepik)
Bang Je, aku sungguh bersyukur dapat mengenal-Mu. Aku tahu, bukan aku yang memilih-Mu melainkan Engkaulah yang memilih aku.

Sebelum aku mengenal Bang Je, aku sempat membenci diriku. Ayahku direnggut paksa dari keluarga kami saat aku masih berusia beberapa bulan.

Aku sempat merasa, seandainya aku tidak lahir, mungkin bencana itu tidak akan menimpa ayah. Terlalu sering aku mendengar cerita tentang anak-anak pembawa sial.

Selain merasa sebagai anak pembawa sial, aku juga merasa diriku adalah sumber penderitaan ibu. Seandainya aku tidak terlanjur lahir, barangkali ibu akan bersedia menerima pinangan lelaki lain setelah ayah tiada. Dengan demikian, ibu dapat menemukan kebahagiaannya.

Perasaan bahwa diriku adalah sumber penderitaan ibu membuatku merasa sangat bersalah. Aku berusaha menebus kesalahan itu dengan menjadi anak yang penurut. Aku berusaha memenuhi semua keinginan ibu untuk menyenangkan hatinya.

Namun, terlepas dari semua usaha yang kulakukan, seringkali aku mengecewakan ibu dan merasa gagal. Konsep diri negatif terbentuk dari pengalaman-pengalaman buruk.

Kehadiran Bang Je dalam buku kecil yang dihadiahkan bu Dorkas kepadaku, secara perlahan namun pasti mengubah konsep diriku. Setiap kali aku mulai merasa gagal dan khawatir, Bang Je selalu berbisik di hatiku.

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 

Pentingnya pendidikan iman untuk anak-anak

Diari, dari pengalamanku, aku menyadari pentingnya pendidikan iman untuk anak-anak. Orangtua Kristiani sepertiku difasilitasi oleh penerbit yang menerbitkan kitab suci untuk anak-anak.

Aku percaya, rekan-rekanku yang muslim serta yang beragama Buddha dan Hindu juga dapat menemukan buku-buku yang cocok untuk anak-anak mereka.

Sebagian buku koleksi keluarga kami (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Sebagian buku koleksi keluarga kami (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Ada banyak buku anak-anak yang baik. Ada cerita rakyat dan dongeng yang kaya akan pendidikan budi pekerti, kisah hidup tokoh-tokoh dunia yang penuh inspirasi, serta buku-buku tentang sains dan ruang angkasa. Semua buku tersebut baik untuk diberikan kepada anak sesuai dengan minat mereka.

Namun, menanamkan pendidikan iman melalui cerita-cerita ilustrasi, menurutku adalah yang terbaik yang dapat diberikan orangtua kepada anak-anak mereka. Harga buku-buku rohani sungguh tidak mahal. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengeluaran untuk mengajak anak berlibur ke luar negeri, atau menghadiahi mereka dengan gawai teranyar serta barang bermerk lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun