Seandainya pasutri tersebut memilih untuk tetap bersama, kesenjangan penghasilan dapat memengaruhi keseimbangan kekuasaan.
Ketidakseimbangan kekuasaan akan berdampak besar ketika pasutri berbeda pandangan mengenai apa yang terbaik untuk keluarga mereka, berapa banyak yang harus ditabung, cara mendidik anak, serta berbagai rencana dan keputusan besar lainnya.
Budaya Peran Gender
Teori lain menyoroti efek historis dari norma-norma sosial, psikologis dan budaya dalam hal peran gender. Konstruksi sosial pencari nafkah laki-laki bertahan sangat lama di masa lalu.
Dari generasi ke generasi, dalam banyak budaya, terdapat harapan bahwa laki-laki akan menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, dan maskulinitas sangat terkait untuk memenuhi harapan tersebut.
Pria yang berpenghasilan lebih rendah dari isteri cenderung mengalami tekanan psikologis tingkat tinggi.
Harapan lingkungan mengenai peran laki-laki sebagai pencari naskah utama agaknya perlu ditinjau kembali karena sesungguhnya banyak hal sudah berubah. Di tempat-tempat seperti Amerika, persentase istri yang menjadi pencari nafkah utama, meningkat.
Pada tahun 1980, hanya 13% wanita yang sudah menikah berpenghasilan sama atau lebih tinggi dari suaminya.
Pada tahun 2000, angka itu hampir dua kali lipat menjadi 25%.
Pada tahun 2017, naik lagi menjadi 31%.
Tren ini kemungkinan akan berlanjut di masa depan dan pola serupa telah diamati di negara lain.
Kisah Swanny, Sebuah Anugerah
Swanny dan suaminya memulai karier di Kantor Akuntan Publik yang sama. Saat mereka memutuskan untuk menikah, Swanny lebih dahulu mengundurkan diri dari kantor tersebut dan memulai kariernya di sebuah perusahaan manufaktur sebagai Chief Accountant.
Karena sesuatu dan lain hal, suami Swanny memutuskan untuk menjadi dosen purnawaktu pada tahun ke-16 pernikahan mereka. “Ada yang berubah setelahnya,” cerita Swanny. “Proporsi penghasilan kami menjadi terbalik. Awalnya, dia menghasilkan hampir dua kali penghasilanku. Setelah keputusan itu, penghasilanku hampir dua kali penghasilannya.”
Menurut Swanny, salah satu resep kerukunannya dan suami adalah komunikasi terbuka sejak awal.
“Dia mendiskusikan rencana banting stir denganku sebelum memutuskan. Aku sangat menghargai keterbukaannya ini. Aku juga memahami latar belakang mengapa dia memutuskan demikian. Karena itu, aku mendukung dia.”
Swanny berkisah bahwa keputusan suaminya membuat penghasilan total mereka berkurang hampir 50%. “Kami menyesuaikan gaya hidup setelah itu. Hal-hal yang bersifat kesenangan kami kurangi. Sebagai contoh, kami tidak lagi makan di restoran. Menu makanan di rumah pun kami cari yang lebih murah namun tetap bergizi.”
Mengganti kebiasaan makan di restoran dengan memasak makanan sederhana di rumah adalah salah satu contoh. Mereka juga mengganti kebiasaan nonton di bioskop dengan nonton televisi di rumah. Pembelian pakaian baru mereka kurangi, begitu juga perjalanan wisata. Intinya, mereka setia pada komitmen "susah senang dijalani bersama". Ini adalah resep lain kerukunan mereka.