Mohon tunggu...
anna_ nahnu98
anna_ nahnu98 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pengkaji sejarah Islam.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jadi Anggota KPPS Banyak Lelahnya Minim Upahnya, Tak Manusiawikah

22 Februari 2024   08:11 Diperbarui: 22 Februari 2024   08:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jadi Anggota KPPS: Banyak Lelahnya Minim Upahnya, Tak Manusiawi kah

 

Kalau ditanya kapok apa engga setelah mengikuti KPPS, jawab saya jelas engga.

 Pemilu tahun ini adalah pemilu ke dua saya mengikuti pesta demokrasi. Pada pemilu kali ini, kemantaban dalam memilih bukan karena arahan orang lain ataupun doktrin dari manapun, semua karena hati nurani  pilihan pribadi setelah menimbang-nimbang sebuah person dan partainya. Syukur banget bisa diberi kesehatan akal dan keluangan waktu, sehingga bisa mengecek berbagai partai (meski tidak semua) membandingkan satu sama lain mana yang lebih bisa diutamakan dalam mewakilkan suara. Untuk siapa yang saya pilih tahun ini, rahasia ya wkkw, tapi menurut saya setelah crosscheck, beliau yang saya pilih adalah yang paling unggul dari segi apapun, dari paslon lainnya, karena terbukti rekam jejaknya.

Saya  akan bercerita seputar pengalaman menjadi anggota kpps, mulai dari  manfaat dan mudaratnya.

Pengalaman baru menjadi sebuah  pembelajaran 

Dalam anggota kpps kami rt 04 rw 07, saya dan kakak saya adalah termasuk diantara anggota yang newbi, perdana banget. Setiap satu tps berjumlah tujuh orang dan hanya dua dari kita yang sudah pernah menjadi anggota.   Meski sudah pernah punya pengalaman, masih saja banyak lupanya namanya juga manusia, dan juga aturan banyak yang beda, yang sekarang ini banyak ribet, kata mereka yang sudah pernah. Apapun keribetan asal kerja samanya bagus, hasilnya pun menjajinkan juga. Terbukti anggota kita ini contohnya, puji syukur lah.

Belajar tanggung jawab, ketenangan, teliti, kerja keras yang saya pelajari dari hal ini, lebih dari itu, kebersamaan dan solidaritas adalah yang paling utama terlihat. Saya tidak melihat dari salah satu anggota yang merasa ke 'aku' an lebih banyak bekerja atau menonjolkan diri, ngga ada. Semua begitu solid dalam menjalankan tugas ini. Jika salah satu ada yang kewalahan dalam mengerjakan tugas bidangnya, maka dengan sigap mereka langsung membantunya. Tps kami mulai tujuh pagi hingga ke tujuh pagi lagi tanpa henti kecuali makan dan sholat, adalah tantangan kerja luar biasa.  Saya ini tipe orang yang ngga bisa tidur malam, mentok pukul sepuluh malam biasanya sudah tepar dan untuk kali ini bisa-bisanya hingga dua empat puluh jam nonstop kerja. Saya simpulkan, semua dari sesuatu aslinya yang di luar kebiasaan kita itu bisa, kalau ada tanggung jawab.

Upah sedikit, kerja melejit

Menurut pandangan saya, upah yang diberikan kepada setiap anggota kpps sangatlah minim, setidaknya tambahin sedkit kek, bukannya tidak bersyukur, tetapi melihat realitas cara kerjanya yang begitu extra akan tetapi upahnya tak begitu tinggi. Bukan hal rahasia bahwa para abdi Negara, kpps adalah memegang penting tanggung jawab mengumpulkan suara rakyat. Dengan gaji yang segitu masih saja ada rumor kalau dana bimtek dan keperluan lannya disunat, hadeuh. Gimana ini bawaslu/.

 Setiap pandangan orang pastilah berbeda-beda, ada yang pro dan kontra, wajar.  Perihal bpjs sudah disiapkan tetap saja kesejahteraan kesehatan kurang.  Saya teringat bagaimana kerja keras ketika masa penghitungan dan tiba-tiba terjadi perselisihan angka, wajib hukumnya menggeledah satu per satu kemana larinya itu kertas suara hingga ketemu. Tak jarang saya mendengar diberbagai tps diselenggarakan ulang pemungutan ulang suara disebabkan terjadi kekeliruan atau ketidakcocokan satu atau dua suara.  Kebayang bagaimana lelahnya menyelenggarakan ulang, jangan sampai.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun