Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Perindo dan PSI Kalah karena Iklan

21 April 2019   10:23 Diperbarui: 21 April 2019   14:54 7441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu: Tribun Jabar/ Gani Kurniawan

Jika dibandingkan partai-partai debutan di Pemilu 2019, tokoh-tokoh PSI kerap diundang sebagai narasumber dalam diskusi politik di beberapa media. 

Ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI)| Tribun Medan/Riski Cahyadi
Ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI)| Tribun Medan/Riski Cahyadi
Hal ini tak lepas dengan narasi-narasi anak muda PSI yang berani namun dinilai tak berisi oleh masyarakat. Segala curah wacana mendukung petahana dilontarkan hingga acap kali menyikut sesama koalisi.

Jika politisi dan partainya harus populis, maka PSI mengambil cara populis tersebut melalui hal-hal yang membuat kuping merah sebagian masyarakat. 

Sebut saja wacana penghapusan Perda Syariah dan Injil atau pelarangan poligami. Wacana penghapusan perda-perda tersebut menunjukan dukungan PSI terhadap kebebasan beragama bagi seluruh rakyat NKRI di bumi pertiwi, tetapi melarang poligami pun memperlihatkan pengekangan kebebasan bagi sebagian agama. 

Kontroversi PSI belum selesai dalam ranah wacana partai, pada penyajian iklan untuk kampanye, pun PSI mengundang cibiran dari sebagian masyarakat. 

Konten iklan PSI yang tak jelas dengan lelucon yang tak lucu dari sang ketua, membuat masyarakat tidak paham makna dan tujuan partai. Mungkin iklan PSI adalah menyasar kalangan anak muda yang memilih untuk pertama kali, namun justru para anak muda tersebut yang menilai iklan PSI garing.

Bisa jadi kegaringan iklan tersebut yang coba ditonjolkan sist Grace agar selalu diingat oleh para pemirsa, sebagaimana kontroversi para artis yang sering diliput infotainmen agar diperhatikan dan dibicarakan khalayak. Namun sepertinya maksud tersebut malah menjadi bumerang bagi PSI sendiri. 

Hampir mirip dengan iklan Perindo, kemunculan iklan PSI sering kali hadir ditengah-tengah acara favorit masyarakat atau juga prime time siaran televisi swasta, akibatnya iklan-iklan tersebut malah mengganggu dan menimbulkan stigma partai garing oleh karena iklan tak lucu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa liputan media adalah kunci kesuksesan meraih simpati dan dukungan masyarakat dalam sebuah politik. Popularitas suatu partai akan berbanding lurus dengan capaian suara partai tersebut, namun masyarakat sudah pintar dengan memilah dan memilih partai berdasarkan popularitasnya. 

Popularitas sebuah partai tidak bisa hanya dibangun oleh iklan apalagi kontroversi saja, popularitas tersebut harus dibentuk berdasarkan realita yang dirasakan oleh masyarakat. 

Contohnya Partai Golkar, partai yang ditenggarai sebagai kendaraan rezim orde baru tidak pernah keluar dari empat besar pemilu, walaupun orde baru dengan segala keburukannya telah diruntuhkan dua puluh tahun yang lalu. Masyarakat masih memiliki memori akan kenyamanan saat rezim daripada Soeharto berkuasa dengan Golkar sebagai suara pendukungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun