Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Perindo dan PSI Kalah karena Iklan

21 April 2019   10:23 Diperbarui: 21 April 2019   14:54 7441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu: Tribun Jabar/ Gani Kurniawan

Berbagai cara dilakukannya, dari mulai mars Perindo kerap digaungkan lewat televisinya, yang tak jarang membuat anak-anak terutama balita hapal akan lagu mars tersebut. Lalu acara festival baik musik ataupun film tidak luput digelar tiap tahun pada jaringan medianya, pastinya dengan HT dan keluarga sebagai objek liputan.

Rekam jejak Perindo pun tak lepas dari tindakan populis. Saat diawal-awal kemunculan, Perindo mendukung total Prabowo dan teman-teman, hal ini bisa disaksikan saat mendukung Anies-Sandiaga dalam Pemilu DKI 2017. 

Tetapi ketika menghadapi Pilpres 2019, Perindo berbalik arah dengan mendukung pemerintahan, bahkan hingga Presiden Joko Widodo menyambut langsung kedatangan pembesar Perindo saat mereka soan ke istana. Melihat hasil Pemilu 2019 lagi-lagi harapan HT nampak hanya angin lalu saja, dengan angka suara kurang dari 4% maka Perindo berada pada area merah. 

Sepertinya Perindo ingin mengikuti langkah-langkah Partai Nasdem yang menjadi partai debutan dengan lolos ambang batas parlemen di Pemilu 2014 dengan bermodal media milik ketua umumnya. Tetapi Perindo dan Nasdem memiliki perbedaan, ini dikarenakan segmen dari MNC TV sebagai media afiliasi Perindo dan Metro TV sebagai media di Nasdem sangat berbeda. 

Nasdem dengan Metro TV sebagai kendaraan medianya memiliki iklan partai yang halus. Metro TV yang memiliki acara utama sebagai televisi berita, menyiarkan iklan-iklan partai serta kegiatan ketua atau kader-kadernya dengan balutan berita reportase, akibatnya penggiringan iklan tidak terasa secara langsung namun dicerna sebagai informasi fakta. 

Melihat juga pada level penonton di kedua TV tersebut, pemirsa Metro TV merupakan masyarakat yang membutuhkan berita faktual dibandingkan hiburan macam sinetron atau acara kontes yang sering ditayangkan di MNC TV. 

Sehingga saat iklan partai di Metro TV muncul, maka diasumsikan sebagai berita dan jika mengena pada penontonnya, tak jarang penonton tersebut akan memberikan wawasannya pada orang disekitarnya. 

Berbeda dengan MNC TV yang memiliki segmen utama dalam media hiburan, iklan-iklan partai ini tak lebih sebagai commercial break karenanya informasi yang ditangkap pirsawan pun lebih dimaknai sebagai produk iklan yang hanya lewat. 

Bahkan iklan partai yang muncul saat asik-asiknya mereka menonton acara hiburan, malah menjadi sebagai gangguan yang akhirnya bisa menimbulkan antipati mereka. Apalagi jika iklan partai atau kegiatan ketua umumnya disiarkan secara masiv tanpa melihat waktu dan acara.

Dengan kemasifan iklan Perindo ditambah juga dengan sentralisasi liputan pada ketokohan Hary Tanoe dan keluarganya, serta ditambah rekam jejak HT yang mencari popularitas politik tanpa mengenal batas, maka tak salah kiranya jika rakyat tak bersimpati pada partai baru ini.

PSI

Kemunculan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dikancah perpolitikan Indonesia, bakal seperti bunga sebagaimana lambang partainya. Mekar dengan segala kontroversinya lalu segera layu karena tak dapat simpati pemilih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun