Keduanya memiliki peran penting dalam memberi kemakmuran untuk anak kemenakannya. Kedua, Kelapa atau karambia yang melambangkan cadiak pandai. cadiak pandai adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dan berfungsi mengajari dan merekatkan kebersamaan kaum.Â
Ketiga, cabe atau lado menggambarkan alim ulama atau seseorang yang tegas dan pedas dalam mengajarkan pagama pada kaumnya. Keempat bumbu atau rempah-rempah menggambarkan individu-individu yang ada di Minangkabau di mana masing-masing individu ini memiliki peranannya dalam kehidupan masing-masing.
3. Manambang
Momen Idul Fitri sering diidentikkan dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Tidak hanya THR yang diberikan oleh sebuah instansi kepada karyawannya, tapi juga oleh orang dewasa yang telah memiliki penghasilan kepada orang-orang yang lebih muda.
Anak-anak di sekitar Sumatra Barat memiliki tradisinya sendiri, yakni manambang.
Manambang adalah kegiatan mengunjungi rumah warga untuk bersilaturahmi dengan harapan agar diberikan THR berupa uang baru. Istilah manambang sendiri bisa diartikan sebagai mencari uang, di mana sering digunakan oleh supir kendaraan umum sebagai mencari penumpang untuk menghasilkan uang.
Manambang biasa dilakukan oleh anak-anak kecil usia 4-12 tahun. Setelah salat Idul fitri, alih-alih pulang ke rumah, anak-anak tersebut membentuk rombongan kecil bersama teman-temannya dan memulai kegiatan ini. Rombongan tersebut bisa terdiri dari 3-6 orang.
Tuan rumah yang dikunjungi pun telah menyiapkan uang THR, biasanya yang diberikan adalah uang pecahan Rp2.000.  Namun tak jarang juga di berikan nominal yang  besar.  Hasil manambang itu pun bervariasi, tergantung berapa banyak rumah yang dikunjungi. Semakin banyak rumah yang didatangi, semakin banyak pula uang THR yang didapat.
Nantinya, uang hasil manambang akan digunakan untuk membeli berbagai mainan hits pada saat itu, seperti pistol-pistolan atau petasan, terserah kepada si empunya uang. Namun, para orang tua akan memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan sang anak untuk menabung