Wisatawan tak akan kesulitan mengikuti setiap sesi yang disuguhkan oleh museum ini. Karena, terdapat fasilitas headphone yang bisa dipinjam. Penjelasan dalam bahasa Inggris dari headphone bisa disesuaikan dengan artefak apa yang sedang dipelajari. Sebuah aula besar berada di lantai dasar yang dilengkapi dengan area bermain anak-anak untuk menikmati ragam budaya Asia. Galeri khusus menempati lantai tiga yang memamerkan artefak-artefak budaya dari Jepang dan negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Lantai empat yang terbagi ke dalam lima sesi menyajikan perjalanan bangsa Jepang dari masa ke masa.
Sesi pertama menuturkan Periode Jomon di mana masyarakat Jepang baru menjalani tradisi primitif berpindah-pindah, berburu serta meramu. Sesi kedua menjelaskan Periode Yayoi-Kofun ketika Jepang telah mengenal keahlian bercocok tanam dan teknik membuat barang-barang logam yang diperkenalkan dari semenanjung Korea. Sesi ketiga menceritakan Periode Nara –Asuka- Heian di mana Jepang telah mendapat pengaruh kuat budaya Cina. Pertukaran utusan negara serta perdagangan dengan Cina mewarnai jaman ini. Sesi keempat, Periode Kamakura-Muromachi saat perdagangan dengan Cina berkembang pesat dan Hakata menjadi pelabuhan terpenting pada masa itu. Sesi kelima, Periode Azuchi-Momoyam dan Periode Edo tatkala Jepang menutup diri dari pengaruh Barat. Perdagangan hanya terbatas dilakukan di beberapa pelabuhan, seperti Nagasaki dan Ryukyu.
Semaraknya Fukuoka dalam Festival Hakata Gion Yamakasa
Kesemarakkan festival tradisional (matsuri) juga bisa dirasakan di Fukuoka. Adalah Hakata Gion Yamakasa festival yang telah berumur 750 tahun diselenggarakan setiap tanggal 15 Juli. Konon, tradisi ini berasal dari kisah seorang biksu bernama Shoichi Kokushi yang memerintahkan penduduk Fukuoka di masa silam untuk menumpahkan air di jalanan dalam rangka mengusir wabah penyakit. Selama festival berlangsung di abad modern ini, air jusru disiramkan ke seluruh tubuh para peserta. Butuh perjuangan tersendiri untuk menyaksikannya. Wisatawan tak boleh malas bangun pagi karena festival ini dimulai pada jam 5 pagi. Datang sedikit terlambat saja, sudah susah untuk mendapatkan tempat menonton yang strategis. Karena, jutaan pasang mata tersedot dalam pusaran besar antusiasme untuk mengikuti atraksi budaya tersebut.

Oleh-oleh khas Fukuoka, nggak cuma lezat tetapi juga unik
Sudah menjadi pandangan umum di Indonesia, bahwa bukti wisatawan telah mengunjungi suatu tempat ditunjukkan dengan oleh-oleh yang dibawa. Makanan khas yang mewakili daerah tersebut biasanya menjadi pertanyaan keluarga di rumah atau rekan-rekan kerja di kantor. Maka berburu oleh-oleh merupakan suatu keharusan sebelum pulang ke tanah air. Di Fukuoka, wisatawan tak perlu kuatir tidak bisa mendapatkannya dengan mudah. Banyak sekali aneka kudapan yang menunggu siap dibawa pulang.
Selain rasanya yang enak, bentuk dari oleh-oleh di sana sangatlah unik, seperti Meika Hiyoko, kue imut berbentuk anak ayam dengan isian selai kacang. Ada pula Yuki Usagi, kudapan berupa marshmallow  dalam bentuk kelinci mungil berisi pasta kuning telur dan Niwaka Senbei, kerupuk beras yang gurih nan renyah berbentuk topeng pertunjukan komedi tradisional Hakata. Jangan lupa membeli boneka Hakata dan Hakata-ori, kain tradisional Hakata yang terkenal kualitasnya untuk diri sendiri sebagai memoar perjalanan ke Fukuoka. Terbungkus dalam kemasan yang cantik, beragam oleh-oleh tersebut tersedia dalam berbagai ukuran yang dapat dibeli di Stasiun Hakata, Bandar Udara Fukuoka, dan toko oleh-oleh khas Jepang lainnya.

