Total ekspor diproyeksikan meningkat menjadi 27 juta karung, didukung oleh permintaan global yang kuat. Ekspor kopi olahan --- baik kopi instan maupun kopi sangrai --- diperkirakan mencapai 3,3 juta karung, sebagian karena meningkatnya konsumsi di wilayah Asia lainnya. Meskipun ekspor biji kopi hijau masih menyumbang sekitar 90 persen dari total volume, pangsa tersebut terus menurun.
Konsumsi dalam negeri diperkirakan naik menjadi 4,9 juta kantong pada tahun 2025/2026, mencerminkan pertumbuhan perkotaan yang berkelanjutan, sektor kafe yang berkembang pesat dan perubahan preferensi konsumen, terutama di kalangan pembeli yang lebih muda.
Kolombia, eksportir terbesar ketiga, mengekspor biji kopi Arabika berkualitas tinggi dengan rasa dan aroma yang kaya. Kopinya sangat diminati oleh para pecinta kopi sangrai spesial, merek kopi gourmet dan pasar kopi premium. Industri kopi Kolombia yang kuat berkontribusi signifikan terhadap perdagangan dan ekonomi ekspor kopi global.
Ekspornya di tahun 2024 sebesar 0,75 juta ton dan tujuan ekspor utamanya adalah AS, Jerman, Belgia dan Jepang.
Indonesia, eksportir terbesar keempat, menghasilkan varietas kopi Arabika dan Robusta yang unik seperti Sumatra, Mandheling, Jawa dan Sulawesi. Iklimnya yang beragam dan metode pengolahan basah dan kering yang tradisional menjadikan Indonesia pemasok penting di pasar ekspor kopi spesial global.
Ekspornya mencapai 0,63 juta ton pada tahun 2024, terutama ke AS, Italia, Malaysia dan Jepang.
Menurut surat kabar daring Jakarta Globe, Indonesia tengah berupaya untuk melampaui Vietnam untuk menjadi produsen kopi terbesar kedua di dunia, seiring pemerintah mengintensifkan upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan memanfaatkan permintaan global yang terus meningkat.
Menteri Pangan Zulkifli Hasan, yang akrab disapa Zulhas, mengatakan Indonesia saat ini berada di peringkat keempat dunia dengan produksi kopi tahunan lebih dari 700.000 ton. Ia yakin angka tersebut dapat tumbuh signifikan dengan strategi yang tepat.
"Harga saat ini sangat menguntungkan, jadi kita perlu meningkatkan produktivitas," kata Zulhas.
Ia menekankan perlunya bibit yang lebih berkualitas, perbaikan pengolahan pasca panen dan pengemasan yang lebih kompetitif untuk meningkatkan nilai kopi Indonesia.