Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pakistan Akan Mengalami Krisis Ekonomi Terburuk pada Tahun 2024

20 Februari 2024   11:07 Diperbarui: 20 Februari 2024   11:07 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Pakistan protes terhadap inflasi tinggi. | Sumber: Awami Workers Party/Twitter

Oleh Veeramalla Anjaiah

Pakistan, negara miskin yang didominasi oleh militer di Asia Selatan, menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya di tahun 2023 dan tidak akan mengalami perbaikan apa pun pada tahun 2024, demikian yang dilaporkan surat kabar Daily Sun.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menerbitkan laporan tentang "Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia 2024" yang memperkirakan bahwa beberapa tantangan termasuk tekanan inflasi, depresiasi mata uang dan tingginya tingkat utang negara juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pakistan tahun ini.

Pakistan merupakan salah satu negara yang mata uangnya terdepresiasi lebih dari 20 persen. Pada tahun 2023, rata-rata tingkat inflasi di Pakistan melampaui 30 persen dan diperkirakan akan tetap tinggi di tahun 2024, mendekati 20 persen, menurut laporan PBB.

Bangladesh, yang memisahkan diri dari Pakistan pada tahun 1971, berhasil menjaga tingkat inflasi pada satu digit.

Perekonomian Pakistan menghadapi kelumpuhan kebijakan dan negara ini terlilit utang luar negeri yang sangat besar, khususnya pinjaman yang berada di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China.

Kini, Pakistan terbebani dengan pembayaran kembali pinjaman luar negeri senilai AS$27,47 miliar pada bulan November 2024, menurut Bank Negara Pakistan (SBP).

Ahtasam Ahmad, Analis Sektor di Profit Pakistan Today, mengatakan bahwa pihak eksternal menghadirkan situasi yang menantang bahkan ketika ia menyebut pinjaman China sebagai hambatan besar bagi penyelesaian keringanan utang.

"Pemerintah menghadapi tugas berat dalam mengelola utang yang tidak berkelanjutan, ditambah dengan rendahnya cadangan SBP, sehingga sulit untuk tetap bertahan secara finansial," lapor Daily Sun yang mengutip pernyataan Ahtasam.

China menyumbang sekitar 30 persen utang luar negeri Pakistan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun