Mohon tunggu...
Anistia Patma
Anistia Patma Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang suka masak dan foto-foto.

Suka menulis sejak mulai bisa menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerita untuk Anak] Najwa dan Para Pengamen Cilik

18 Januari 2020   07:00 Diperbarui: 18 Januari 2020   08:36 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Apa mereka temenan kali ya,”pikir Najwa.

Pengamen itu turun begitu bus berhenti di pemberhentian bus, hanya pemberhentian liar. Tidak seperti kemaren, ia belum menghitung uangnya. Beruntung bagi Najwa, sebagian penumpang juga ikut turun di pemberhentian itu. Sepertinya mereka telah sampai di tujuannya. Najwa akhirnya pindah duduk di kursi kosong terdekat.

Najwa melihat keluar jendela, sepertinya ia haus. Ia ingin sekali membeli minuman yang ada di warung di pemberhentian itu, namun takut bus akan jalan. Najwa menimbang-nimbang sejenak, lalu akhirnya memutuskan keluar dari bus dan membeli minuman.

Najwa tak sengaja melihat pengamen cilik yang baru saja keluar dari busnya tadi, dihampiri oleh pengamen yang usianya lebih tua darinya. Mungkin seusia Najwa. 

Terlihat dari gerak-geriknya dengan kasarnya pengamen yang lebih tua itu meminta uang kepada pengamen cilik tadi. Dan dengan ketakutan, ia menyerahkannya.

Walaupun sempat menolak, namun pengamen cilik tadi terdesak karena terus  diancam. Kemudian pengamen yang lebih tua itu mendorong pengamen cilik itu hingga terjatuh. Entah terdorong oleh apa, tiba-tiba Najwa berteriak.

“Hei,”suara lantangnya tak sengaja berbarengan dengan suara beberapa pengamen cilik dan remaja lainnya yang ada di dekatnya. Mereka sama-sama meneriaki pengamen yang memalak pengamen cilik tadi. Spontan pengamen dewasa yang memalak tadi kaget dan berlari menjauh.

“Kamu gak papa?”tanya Najwa sambil menghampiri pengamen cilik yang terjatuh tadi.

“Gak papa Kak,”jawabnya.”Tapi uang saya diambil semua sama dia,”ceritanya sedih.”Padahal uang tadi udah susah-susah saya kumpulin buat beli mainan,”lanjutnya tambah memelas.

“Lagian kamu dibilangin gak percaya, jangan itung uang di jalan, itungnya di bus aja,”salah seorang gerombolan pengamen yang menghampirinya memarahinya. Pengamen yang sama yang meneriaki pengamen yang memalak tadi. Sepertinya Najwa kenal, seperti pengamen yang pertama kali ditemuinya.

“Abisnya  buru-buru,”tiba-tiba si pengamen cilik yang  dipalak tadi terisak,”Sekarang malah gak punya uang buat ongkos pulang,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun