Mohon tunggu...
Anis Rahayu
Anis Rahayu Mohon Tunggu... Editor - UINWSSMG

Dalam rangka memenuhi tugas Esai Ujian Tengah Semester Psikologi Perkembangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah

23 Oktober 2019   07:21 Diperbarui: 23 Oktober 2019   07:32 4696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Dalam rangka pengembangan potensi diri, setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami banyak kesulitan. 

Kita sering menemukan beberapa masalah pada siswa, seperti malas, mudah putus asa, acuh tak acuh disertai sikap menentang guru merupakan bagian dari masalah belajar siswa. Masalah tersebut kecenderungan tidak semua siswa dapat menyelesaikan dengan sendirinya. Sebagian orang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. 

Sebagian yang lain tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak tidak mempunyai masalah, padahal ada masalah yang dihadapinya. Sehingga siswa sulit meraih prestasi belajar di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.

Ada juga masalah siswa yang terkesan lamban dalam mengerjakan tugas sekolah. Atas kenyataan itu semua, semestinya sekolah dan terkhusus pendidik turut dituntut berperan membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[1]

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Secara fisik, siswa mungkin memiliki kesamaan, namun pasti ada hal-hal tertentu yang pasti berbeda, misalnya dari sudut minat, bakat, kemampuan bahkan gaya belajar.[2] Dalam kitab Ta'lim Muta'alim karya Imam al-Zarnuji, Ada empat macam golongan orang dalam menuntut ilmu yaitu (1) Orang yang tahu dan dia tahu bahwa dirinya tahu, (2) Orang yang tahu tetapi dia tidak tahu bahwa dirinya tahu, (3) Orang yang tidak tahu dan dia tahu bahwa dirinya tidak tahu, dan (4) Orang yang tidak tahu dan dia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dari keempat golongan ini, golongan kesatu sampai golongan ketiga meupakan golongan yang masih baik karena mudah untuk mempelajari dan memahami dalam proses belajar. Sedangkan golongan keempat adalah  orang yang paling besar kesulitan belajarnya.

Dalam lingkup pendidikan pasti terdapat guru. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya. Dengan demikian, tujuan dari guru mengenal murid-muridnya adalah agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Selain itu guru dapat menentukan dengan seksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan metode mengajar yang sesuai, mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar yang dialami oleh murid, membantu murid dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial, mengatur disiplin kelas dengan baik, melayani perbedaan-perbedaan individual murid dan kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berhubungan dengan individu murid.

 

A. Jenis-Jenis Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.[3] Dalam buku psikologi belajar, Muhibbin Syah mengatakan dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu sama lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang di harapkan.5 Keaneka ragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.[4]

 

  1. Belajar Abstrak, merupakan belajar mengunakan cara-cara berfikir abstrak. bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Misalnya belajar matematika, astronomi, filsafat, kimia, kosmografi, dan sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
  2. Belajar Keterampilan, merupakan belajar dengan menggunakan gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot/ neuromuscular. Bertujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmani. Dalam belajar jenis ini, latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebahgian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.
  3. Belajar Sosial, merupakan belajar memahami masalah-masalah dan teknik pemecahannya. Bertujuan untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah, persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya pelajaran agama dan kewarganegaraan serta pelajaran lainnya yang menunjang pendidikan karakter yang akhir-akhir ini sedang digalakkan.
  4. Belajar Pemecahan Masalah, pada dasarnya merupakan menggunakan  metode metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Bertujuan untuk memperoleh    kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prisip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan.
  5. Belajar Rasional, merupakan belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Bertujuan untuk memperoleh aneka ragam kecakapan mengunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1998).
  6. Belajar Kebiasaan, merupakan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, keteladanan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Bertujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religus maupun tradisional dan kultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagai mana yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 27 (1) dan Pasal 28 (1). Namun demikan, tidak menutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
  7. Belajar Apresiasi, merupakan belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. bertujuan agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menungang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian,  menggambar, serta seni baca tulis al-Qur'an.
  8. Belajar Pengetahuan, merupakan belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1998). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan mengguna alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.

Ketika kesulitan belajar terjadi tentu hambatan hadir dalam kegiatan belajar mata pelajaran sehingga berakibat hasil belajarnya rendah. Kegiatan belajar sangat dipengaruh oleh beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lainna, yaitu:[5]

  1. Faktor Internal, yang mempengaruhi kegiatan belajar dapat diuraikan dalam dua aspek berikut: (1) Aspek Fisiologis, Yaitu kondisi umum jasmani atau ketegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat                 mempengaruhi semangat dalam mengikuti pelajaran. (2) Aspek Psikologis, Selain aspek fisiologis aspek psikologis juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi.Faktor eksternal
  2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi kegiatan belajar diantaranya lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang slalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik, semangat dalam mengajar, misalnya rajin membaca dan rajin berdiskusi, dapat menjadi penyemangat bagi siswa dalam belajar, selanjutnya yang termasuk masyarakat dan juga teman-teman sepermainan disekitar siswa itu tinggal. Selain itu juga faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah gedung sekolah, letaknya rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, dan keadaan cuaca yang digunakan siswa.

B. Contoh Kesulitan Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah

Dalam proses belajar di sekolah, setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami banyak kesulitan. Kita sering menemukan beberapa masalah pada siswa, seperti malas, mudah putus asa, acuh tak acuh disertai sikap menentang guru merupakan bagian dari masalah belajar siswa. Masalah tersebut kecenderungan tidak semua siswa dapat menyelesaikan dengan sendirinya. Sebagian orang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Sebagian yang lain tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak tidak mempunyai masalah, padahal sebenarnya ada masalah yang dihadapinya. Sehingga siswa sulit meraih prestasi belajar di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.

Disinilah perlu adanya peran guru dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan melakukan diagnosa terhadap faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar yang dialami siswa. Diagnosa adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. maka diagnosa bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang di hadapi oleh siswa serta untuk mencari pemecahannya.

Untuk memperoleh berbagai informasi di atas, dapat menggunakan berbagai cara dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan kegiatan ini. Misalnya, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan fisik siswa, perlu bekerjasama dengan dokter atau klinik sekolah, untuk memperoleh data tentang kemampuan potensial siswa dapat bekerjasama dengan petugas bimbingan dan konseling (konselor) atau dengan psikolog, untuk mengetahui sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat mengamatinya secara langsung di kelas, menggunakan skala sikap dan kebiasaan belajar, wawancara dengan wali kelas, dengan orang tua, dengan siswa itu sendiri, atau dengan teman-temannya, dan masih banyak cara yang dapat ditempuh

Menurut saya, peran sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar dalam pembelajaran aktif di sekolah sangat diharapkan, memang untuk mewujudkannya tidaklah mudah, banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi di lapangan, seperti persoalan kurikulum yang sering mengalami perubahan, dorongan belajar dari orang tua yang sangat kritis, belum lagi kompetensi pedagogik guru yang masih dipertanyakan dan berbagai masalah yang di hadapi oleh pendidik berkenaan dengan keadaan siswa itu sendiri. Adanya peran guru dalam mendiagnosa masalah kesulitan belajar siswa dan membantu dalam memecahkan masalahnya dengan terus mengajari, membimbing, dan mengawasinya. Maka proses pembelajaran aktif di sekolah akan tercapai tujuan pembelajaran dengan baik.

 

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa faktor yang melatarbelakangi penyebab timbulnya masalah pada siswa bersumber pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kondisi  dan keadaan fisik. Faktor eksternal meliputi kondisi sosial siswa seperti lingkungan, ekonomi keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.

Jika kesulitan belajar siswa tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, siswa memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam mengatasi hambatan-hambatan lain. Kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Ismail. "Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah". Jurnal Edukasi (Vol. 2,  No. 1, Januari/2016).

 

Robbins dan Stephen P. 2007.  Perilaku Organisasi Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

 

Syah, Muhibbin. 2010. Pendidikan Psikologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Disusun oleh :

Anis Rahayu            (1903016045)

KELAS PAI 1B

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun