Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilih sampah tentu berdampak pada belum maksimalnya pendauran ulang sampah. Tetapi itu juga disebabkan model-model pengelolaan sampah saat ini masih pada logika membuang sampah.
Oleh sebab itu, diperlukan model berkelanjutan melalui circular economy (ekonomi melingkar). Model ini adalah upaya mengubah cara pandang masyarakat terhadap plastik yakni tidak sebagai sampah tetapi sebagai sebuah komoditas yang berpotensi dikembangkan.
Model-model circular economy belakangan telah diterapkan di berbagai kota seperti di Makassar, Badung, dan lainnya.
Ini membutuhkan kolaborasi dan peran semua pihak khususnya masyarakat. Selain nilai tambah secara ekonomi, model ini juga dapat menciptakan nilai tambah sosial yakni pemberdayaan masyarakat.
Pendekatan yang lebih inovatif dan kreatif jelas diperlukan dalam menangani masalah persampahan di Indonesia.
Dari sisi kebijakan, misalnya, harus ada komitmen kuat dari pemerintah untuk mendukung terwujudnya budaya bersih dalam masyarakat, diantaranya melalui penguatan kelembagaan.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga pada 2018 mencapai 15 persen. Hingga 2025, targetnya 30 persen.
Bisa dikatakan target pemerintah bukan mustahil bisa diwujudkan bila ada peran kolaboratif semua pihak.
Semua dimulai dari upaya mengubah mindset masyarakat dalam memandang sampah sebagai tanggungjawab bersama.
Kata Jeremy, perihal sampah membutuhkan perubahan sikap semua manusia.
Tentu dimulai dari diri sendiri. Mulai dari lingkungan terdekat. Sekarang juga! Kita harus bergerak bersama menjadi bangsa yang merdeka dari kepungan sampah! Atau bersiaplah menerima bencana besar di balik sampah yang menggunung setiap harinya.