Merantau. Satu kata yang sering kali membuat hati berdebar sekaligus penasaran. Banyak orang bermimpi merantau sejak muda, bukan sekadar untuk mencari ilmu atau pekerjaan, tapi juga untuk mencari pengalaman hidup. Begitu juga dengan mahasiswa rantau, yang rela meninggalkan kampung halaman demi menimba ilmu di kota lain.
Ternyata, merantau bukan hanya tentang pindah tempat tinggal. Lebih dari itu, ia adalah perjalanan psikis yang penuh pelajaran. Dalam kacamata psikologi pendidikan, merantau bisa menjadi "ruang kelas" yang mengajarkan kita tentang kemandirian, pengendalian emosi, hingga cara membangun relasi dengan orang lain.
Tantangan yang Jadi Guru Kehidupan
Bagi mahasiswa rantau, tantangan sehari-hari bisa datang dari hal-hal sederhana: bagaimana mengatur uang bulanan, bagaimana menghadapi rasa rindu pada keluarga, atau bagaimana beradaptasi dengan budaya dan teman baru. Semua itu mengasah mentalitas.
Psikolog perkembangan Jean Piaget pernah menjelaskan bahwa manusia belajar bukan hanya dari teori, tapi juga dari pengalaman nyata. Proses asimilasi (menghubungkan hal baru dengan pengalaman lama) dan akomodasi (mengubah pola pikir lama agar sesuai dengan situasi baru) sangat terasa ketika kita hidup jauh dari rumah.
Sementara itu, teori Erik Erikson tentang perkembangan sosial juga relevan. Di usia mahasiswa, kita berada pada tahap "intimacy vs isolation", di mana kita belajar menjalin hubungan sosial yang sehat. Merantau melatih kita memilih teman yang tepat untuk curhat, belajar memahami orang lain, sekaligus mengatasi rasa sepi.
Merantau = Belajar Mengendalikan Diri
Salah satu pelajaran berharga dari merantau adalah mengelola emosi. Jauh dari keluarga membuat kita sadar bahwa tidak semua masalah bisa diceritakan kepada orang tua. Kadang kita harus menenangkan diri, melupakan amarah, dan mencari solusi sendiri. Inilah latihan nyata untuk menjadi pribadi yang lebih matang.
Selain itu, mahasiswa rantau juga belajar problem solving: dari hal kecil seperti mencari kos yang nyaman hingga hal besar seperti mengatur waktu kuliah dan pekerjaan. Setiap masalah yang terselesaikan membuat mental kita semakin kuat.
Merantau sejatinya adalah universitas kehidupan. Ia mengajarkan sesuatu yang tidak tertulis di buku kuliah: kemandirian, ketangguhan, dan kecerdasan emosional. Tokoh-tokoh psikologi seperti Piaget dan Erikson sudah lama menegaskan bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan interaksi sosial.
Jadi, kalau kamu sekarang sedang merantau, percayalah---setiap kesulitan yang kamu hadapi adalah bagian dari proses belajar. Karena pada akhirnya, merantau bukan hanya tentang mencari ilmu di bangku kuliah, tapi juga tentang belajar memahami diri sendiri.