Mohon tunggu...
Anisah Dwi Zahra
Anisah Dwi Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Jangan lupa tersenyum :)

Perubahan dimulai dari hal yang terkecil.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat yang Pertama dan Hari Terakhir Bersamanya

4 Desember 2020   11:32 Diperbarui: 4 Desember 2020   11:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari, di sekolah ada anak yang sedang bersedih dan termenung. Dia bernama Adilla Rahma, yang biasa dipanggil Adilla. Adilla anak yang sering bersedih dan termenung di sekolahnya. Teman-temannya saja tidak tahu mengapa dia menangis.  Saat bel istirahat berbunyi Adilla menuju kantin. Tiba-tiba ia bersedih melihat teman-temannya bersama sahabatnya untuk menuju kantin sedangkan dia sendiri untuk menuju kantin.

Saat bel masuk dia cepat-cepat menuju kelas. Lalu adilla melaksanakan pelajaran matematika di kelas. Dia duduk bersebelahan sama Lisa. Lisa sangat baik kepada Adilla. Pelajaran matematika selesai dan pas banget bel pulangpun berbunyi. Rumah Adilla tidak jauh dari sekolahan. Sebelum pulang ke rumah Adilla menuju ke taman dekat rumahnya.

 Setiap pulang sekolah Adilla selalu mampir untuk ke taman itu. Taman itu menjadi saksi kalau adilla selalu menangis di taman itu. Saat menuju taman itu, ada seseorang yang mengikuti dia. Saat dia nengok  seseorang itu bersembunyi di balik pohon besar. Tiba di taman Adilla langsung duduk di kursi taman yang biasa ia duduki. Tiba-tiba Adilla menangis tersedu-sedu. Seseorang tadi yang mengikuti Adilla melihat dari balik pohon besar. Karna tidak tega melihat Adilla menangis sampai tersedu-sedu orang itupun mendekati Adilla. Orang itu mengitu Adilla dari sekolah sampai taman. Ternyata orang itu Lisa, teman sebangkunya. Dan Adilla pun langsung menghapus air matanya.

            "Sedang apa kamu disini Lis?" tanya Adilla.

            "Tidak sedang apa-apa ko Dil." Jawab Lisa.

            "Kamu yang mengikutiku dari tadi ya?"

            "Iya, aku yang mengikutimu dari sekolahan sampai sini. Terus sedang apa kamu disini Adilla?"

            "Aku sedang duduk-duduk saja disini." Jawab Adilla.

            "Kamu sedang sedih ya? Cerita saja padaku."

Lisa menghibur Adilla yang sedang menangis, dan sambil memegang pundaknya dan memeluknnya. Lalu Adilla menceritakan semuanya kepada Lisa. Kepala Adilla bersandar ke pundak Lisa dan memegang erat tangan Lisa.

"Aku menangis karna aku ingin sekali mempunyai sahabat, tetapi tidak ada yang mau menjadi sahabatku. Aku selali iri sama teman-teman. Mereka semua mempunyai sahabat sedangkan aku, aku tidak mempunyai sahabat. Sahabat yang menemaniku saat senang maupun sedih, menasehatiku saat aku melakukan hal yang salah." Kata Adilla.

"Aku bersedia jadi sahabat kamu yang menemani kamu disaat kamu senang maupun sedih, dan menasehati kamu jika kamu melakukan hal yang salah. Tapi mungkin aku tidak bisa menemanimu selamanya Dil. Jadi, sekarang kamu jangan menangis lagi ya." Kata Lisa.

Akhirnya Adilla mulai tersenyum, dan berterimakasih kepada Lisa yang sudah ingin menjadi sahabatnya. Adilla sangat senang sekarang ia mempunyai sahabat. Haripun mulai gelap Adilla dan Lisa pulanng kerumahnya masing-masing. Sepanjang perjalanan Adilla tersenyum sendiri sangking senangnya karna mempunyai sahabat.

Haripun telah berganti. Matahari menyinari hari itu dipagi hari. Adilla menjalani har-harinya dengan tersenyum bersama sahabatnya bukan dengan kesedihannya. Adilla akan menjaga sahabatnya itu dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bersama sahabatnya.

Lisa dan Adilla selalu ketaman dekat rumahnya setiap pulang sekolah. Mereka saling berbagi cerita tetang kehidupannya. Tetapi, akhir-akhir ini Lisa tidak ada kabar. Adilla tidak tahu mengapa dia tidak masuk sekolah dan dia tidak mengabarkan kesahabatnya itu. Adilla akhir-akhir ini bersedih karna tidak ada sahabatnya disisinya. Lalu Adilla akhirnya berniat untuk pergi ke rumah Lisa untuk menanyakan keadaannya.

Pada saat sudah di depan rumah Lisa, Adilla segera memencetkan bel rumah Lisa. Tiba-tiba ada orang yang membuka pinti rumah itu, ternyata yang membuka pintu itu adalah pembantunya Lisa. Lalu Adilla bernyata kepa pembantunya itu,

"Maaf bi, Lisanya ada bi?"

"Emang dek ga tau ya kalau neng Lisa masuk rumah sakit?"

"Ha dirawat di rumah sakit? Sakit apa bi?" Tanya Adilla.

"Iya dek, neng Lisa sakit kanker  dan meninggal."

"Meninggal? Ya Allah. Yaudah makasih bi."

Setelah mendengar berita kalau Lisa meninggal disepanjang jalan menuju rumah Adilla menangis tersedu-sedu. Sahabat satu-satunya pergi meninggalkan dia selama-lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun