Dalam proses belajar seperti ini, guru dapat membuat sebuah sistem pembelajaran dimana para murid sebelumnya diharuskan mencari bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan, memahami materi tersebut di rumah dan kemudian membuat sebuah diskusi kecil di kelas. Metode seperti ini dapat membuat pelajar lebih memahami bagaimana kondisi nyata dari setiap materi yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikan  nya didalam kehidupan.
Teknologi sebagai perantara guru dan pelajar
Dalam pertukaran sebuah informasi manusia tidak hanya dapat mengandalkan kondisi tatap muka alias harus bertemu terlebih dahulu baru bisa saling berkomunikasi. Kita bisa berkomunikasi melalui berbagai media, seperti email, SMS, Instant Messanger atau bahkan bertukar informasi melalui media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan path. Generasi milenial menyukai hal tersebut. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan dalam menyebarkan materi bahan belajar atau tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa-siswinya.
Teknologi sebagai katalisator mutu pendidikan
Pada dasarnya, mutu pendidikan suatu institusi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan fasilitas pendidikan, seperti komputer/laptop dan akses internet. Namun adanya fasilitas teknologi di dalam sebuah institusi pendidikan dapat mendorong siswa/i di dalamnya untuk aktif dalam mencari berbagai informasi terkait materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Dengan aktifnya mereka meng- explore materi pelajaran yang ada membuat pengetahuan dan cara berpikir mereka semakin luas.
Berbagai peran positif yang dihadirkan dengan adanya teknologi diharapkan dapat membuat sebuah lingkungan belajar mengajar yang kondusif. Khusus untuk generasi millenial yang sangat tergantung dan menyukai keberadaan komputer dan internet dalam setiap aktifitas mereka, perubahan pola dan sistem pengajaran yang memanfaatkan dua teknologi tersebut sangatlah diharapkan.