Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) BEM Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya melaksanakan program pengabdian di Desa Petungsewu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Desa ini memiliki potensi besar di bidang pertanian dan kekayaan alam, namun masih menghadapi berbagai persoalan, seperti keterbatasan ruang tanam, belum optimalnya pengelolaan limbah, hingga minimnya inovasi usaha produktif.
Dengan mengusung tema "From Waste to Wealth", program ini menghadirkan sejumlah solusi kreatif, di antaranya budidaya hidroponik dengan memanfaatkan lahan sempit, pengolahan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi, serta pelatihan ecoprint berbasis flora lokal. Melalui rangkaian kegiatan tersebut, program ini diharapkan tidak hanya mampu mengatasi persoalan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru sekaligus meningkatkan kemandirian masyarakat Desa Petungsewu.
   Minggu pertama PkM pada hari Minggu (07/09/2025) di Dusun Sengonrejo RT 001/RW 001 diisi dengan sosialisasi sekaligus pelatihan hidroponik berbasis botol bekas. Dari yang semula dianggap sampah, botol-botol itu ternyata bisa diubah menjadi wadah tanam hidroponik yang ramah lingkungan. Ibu-ibu dikenalkan pada cara sederhana mengolahnya dengan media rockwool yang mampu menjaga kelembaban akar. Saat diperlihatkan media ini, warga tampak penasaran karena berbeda dari tanah, tetapi justru bisa membuat akar tanaman lebih subur. Para ibu-ibu langsung praktik menyemai benih kangkung, sawi, dan selada, serta belajar cara pemberian nutrisi menggunakan larutan AB Mix. Antusiasme semakin terlihat saat warga mulai menghias botol, suasana jadi lebih ramai karena ibu-ibu berkreasi. Semangat tinggi juga tampak dari keinginan warga untuk mencoba hidroponik di pekarangan rumah masing-masing. Kegiatan minggu pertama ditutup dengan harapan bahwa bibit yang telah disemai dapat tumbuh subur dan menjadi panen sehat di minggu-minggu berikutnya.
   Minggu kedua PKM pada hari Minggu (14/09/2025) difokuskan pada pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Ibu-ibu dikenalkan pada cara sederhana mengolah minyak bekas agar tidak mencemari lingkungan, lalu mengubahnya menjadi produk baru yang bermanfaat. Prosesnya dimulai dengan penyaringan minyak menggunakan arang aktif, pencampuran dengan stearin sebagai pengeras, penambahan pewarna dari crayon, hingga pemberian minyak esensial untuk menghadirkan aroma menenangkan. Ibu-ibu berpartisipasi aktif sejak awal hingga akhir. Warga terlihat antusias ketika menuang adonan lilin ke dalam cetakan dan melihat hasil berwarna-warni yang dihasilkan. Lilin yang dibuat terbukti menyala cukup lama, tidak berasap berlebih, dan memberikan aroma lembut. Selain memberikan pengalaman baru, kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran bahwa limbah rumah tangga bisa diolah menjadi produk ramah lingkungan sekaligus bernilai jual.Â
   Minggu ketiga PKM pada hari Minggu (21/09/2025) masyarakat difokuskan pada pelatihan pembuatan kain ecoprint ramah lingkungan. Ibu-ibu dikenalkan pada dua teknik cetak alami, yaitu memukul dedaunan dan bunga dengan ulekan/batu agar warnanya menempel di kain, serta merendam kain menggunakan tawas untuk memperkuat warna dan motif. Ibu-ibu memilih bahan alami dari tanaman sekitar yang selama ini dianggap limbah, lalu menyusun motif di kain, memukulnya hingga tercetak, kemudian merebus kain agar motif tahan lama. Proses ini mudah dipelajari, biaya rendah, dan aman karena tanpa bahan kimia sintetis. Warga sangat antusias karena hasil yang unik, ramah lingkungan, dan punya nilai jual serta membuka peluang usaha kreasi lokal serta mendukung pelestarian alam di desa. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman baru, tapi juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.Â