Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Orang yang fakir ilmu, Never give up

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangun Pagi, Masalah, Tukang Nasi Goreng

16 Juni 2020   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2020   07:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


" Bangun-bangun, udah jam berapa ini lihat jam?". Suara yang tidak asing di telinga dan gua langsung beranjak dari tempat tidur dengan sigap seperti kalo anak Bintara di bangunkan sama seniornya dengan hitungan 1, 2, 3. Walaupun mata masih belum bisa melek dan jalan pun sempoyongan kesana kemari, tapi tetap aja maksain bangun dengan keadaan sigap. hahaha

Jam 5 pagi, cerita baru akan di mulai. Tali sepatu di ikat dengan ikatan yang rapi, menunjukan cerita kehidupan telah di mulai. Membawa tas, berjalan keluar dan berangkat dengan kendaraan menuju ke tempat tujuan. Sesampainya di tempat tujuan, bertemu dengan rekan dan kerabat kerja, berjabat tangan dan bertegur sama dengan penuh kehangatan silaturahmi. 

Delapan jam berlalu, waktu pulang telah tiba. Tempat kerja masing-masing di rapihkan, melepas perlengkapan yang di sediakan pihak pabrik di tempatnya dan langsung berbenah diri menyiapkan persiapan untuk pulang. Keesokan harinya, tidak jauh dari kegiatan kemarin yang dilakukan, dari bangun sampai pulang lagi. 

Dari tahun ke tahun gua lakukan itu setiap hari, sampai suatu ketika, gua berdiam diri dan merenung di salah satu gedung tempat gua kerja. Merenungkan hal yang selama ini gua lakukan dari hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun.

Bukan tanpa sebab gua merenung, ada salah satu problem yang waktu itu gua hadapi. Pasti taulah kalo masalah di dunia kerja itu apa, tadinya gua santai menghadapi masalah tersebut sampai-sampai gua bisa ngelupain masalahnya. 

Suatu ketika peristiwa pahit menggores hati datang, gua lagi santai menikmati pekerjaan yang gua kerjain, ada hal yang tak terduga sebelumnya, satu dua kali gua santai. Karena gua pikir, mungkin ini cobaan buat gua. 

Udah gua coba telan masalah itu tapi otak gua ngga terima dengan hal itu, pemikiran gua berontak sampai-sampai gua harus menenangkan diri gua di rumah selama beberapa hari. Alhasil, setelah beberapa hari di rumah yang tadinya mumet pemikiran gua sekarang lumayan membaik.

Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan minggu itu semua nama-nama hari yang setiap hari kita lalui dan menantikan ada misteri apa di balik hari tersebut yang akan kita lewati nanti. Apakah kesenangan yang akan kita lalui atau kesedihan yang akan kita jumpai, itu semua masih misteri.

1 hari = 24 jam, 1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik. Jam terpasang di dinding, jarum jam berputar 3600, setiap detik jarum berputar dengan ketukan yang sama melewati angka satu sampai dua belas. 

Waktu menunjukan pukul 24:00 WIB minggu malam, kaca mengembun bekas hujan tadi sore yang datang bergerombol menghantam bumi. Bulan menampakan dirinya dengan sempurna, seakan-akan dia tersenyum. 

Semilir angin malam yang berjalan mengikuti arah mata angin, menabrak apa yang di depannya. Pepohonan melambaikan tangannya seperti mengajak kita untuk bercengkrama pada malam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun