Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggil Aku "Mas"

30 Januari 2019   06:18 Diperbarui: 30 Januari 2019   07:56 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini kutawarkan hubungan serius, menikah itu bukan main-main. Kok malah dia terdiam? Bukankah kedekatanku dengannya cukup menjadi alasan menerima? Apalagi yang dipikirkannya? Masak iya dia ingin seperti ABG yang mengawali hubungan dengan percakapan romantis. Mengumbar kata cinta. Memang tak pernah kukatakan cinta padanya. Tapi kupikir itu tak perlu. Kuyakin dia tahu maksudku.

Tak ada jawaban. Senyap. Sejurus kemudian dia berkata. " Emh, kupikir  duli nanti , sekarang aku mau pulang. Kalau tak keberatan, Mas bawa motorku yah. Aku mau pesan Taxi on line sekarang."

Wow..hatiku memekik kegirangan, dia memanggilku 'Mas'. Terasa mesra membelai telinga. Apakah ini pertanda dia mau menerima lamaranku?  Tanpa ba bi bu. Kuajak dia naik motornya saja, seperti rencanaku semula. " Aku tadi bawa mantel kok, kubonceng ya?"

" Oh tidak, aku tak mau, kita bukan mahram, tak baik duduk berdekatan begitu bukan? Aku takut ada setan yang membisikkan keinginan lanjutan." Sergah wanita yang baru kupinang itu menolak.

Duh, rencana berdua, beromantis ria dibawah mantel dan hujan nampaknya harus menemui kegagalan. Dia terlalu keukeh dengan prinsipnya. Perempuan langka, yang kutekadkan untuk mendapatkannya, menjadi pendamping hidupku selamanya.

Demi menyenangkannya, ku iyakan saja. Segera kusentuh bar Android. Memilih aplikasi. Memesan satu taxi untuk tujuan rumahnya. Dia tersenyum menatapku, seraya berkata." Terimakasih ya."


Aku tak tahu apakah ini isyarat dia menerima lamaran, atau hanya basa basi saja. Duh aku tak mengerti hati wanita. Baiknya nanti kutanyakan lagi  saja. Terserah bagaimana jawabannya. Yang penting ada kejelasan.  

Kedatangan taxi telah membawanya berlalu dari hadapanku. Segera kubawa motornya mengikuti taxi itu. Hujan deras dan angin kencang membawa hawa dingin sebetulnya. Tapi aku tak merasakannya. Kecamuk pikiran telah melupakan aku dari rasa dingin yang harus kutahan. Hanya satu pikiran menggelayuti kepala. Apakah dia akan menerima?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun