Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada "Mantra Jailangkung" di Jejaring Sosial Kita

11 Januari 2019   19:08 Diperbarui: 12 Januari 2019   19:37 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membangum hubungan sosial di jejaring sosial apapun ibarat merajut benang seperti sarang laba-laba. Kita tidak saling mengenal secara langsung. Berkomunikasi hanya saat HP menyala. Itupun jika jaringan internet lancar. 

Halnya diri saya, sebagai orang yang berusia hampir setengah abad, jejaring sosial seperti itu merupakan hal baru yang asing di zaman saya, belajar, adaptasi, menikmati, akhirnya menjadi pecandu juga.

Sebagai pengguna jejaring sosial, saya sangat aktif menggunakannya. Meng admini hampir 20 grup What's Up yang sebagian besar komunitas kepenulisan --saya mendirikan berdasarkan fokus kepentingan--. Belum lagi grup-grup yang lain berdasarkan profesi atau keluarga. Kurang lebih ada 50 grup yang saya ikuti. Syukurlah sejauh ini smartphone saya aman-aman saja. Semoga begitu seterusnya.

Mengapa grup menulis saya banyak, ilustrasi berikut semoga  bisa dimaklumi. Misalnya saya akan mengadakan workshop di suatu daerah, maka saya akan berusaha mengumpulkan para  penulis di provinsi tersebut dalam satu wadah. Tentu awalnya untuk membahas terlaksananya workshop tersebut.

Jumlah anggota biasanya akan membengkak begitu usai pelaksanaan. Berhubung  follow up yang saya ajukan adalah tawaran membuat buku. Maka berdasarkan kepentingan itu tercipta lagi grup-grup baru sesuai buku yang akan diterbitkan.

Bersinggungan dengan banyak orang di  media sosial sama dengan belajar bermasyarakat di dunia nyata. Contohnya di Kompasiana. Belum dua bulan saya terlibat aktif menulis di Beyyond Blogging ini, kehangatan pertemanan sudah saya rasakan. Bahagia ketika dikunjungi kompasianers lain itu adalah salah satu keindahan. Diberi vote, saling berkomentar, berbincang melalui chatt adalah bonus yang diluar dugaan.

Meminjam istilah sahabat saya Saifullah Syahid, telah tercipta paseduluran mesra di Kompasiana. Ini hal mahal yang tak bisa diukur dengan uang. Disamping tentu saja bertambahnya ilmu tentang kepenulisan.

Harapannya hubungan inj langgeng , terjalin tanpa ada singgungan atau gesekan, tapi apa ya bisa? 

Manusia tempat salah dan lupa,  apalagi berhubungan dengan kepala yang berbeda, tentu rawan kesalah pahaman. Beberapa kali saya di grup harus turun tangan menyelesaikan perselisihan. Belum lagi yang japri, chatt pribadi, mencurahkan isi hati karena ada permasalahan dengan anggota lain. Komunikasi, mengedepankan toleransi, menghargai pendapat kawan itu yang saya tekankan demi meminimalisir kesenjangan.

Ya, kesalahpahaman sering kali merupakan faktor utama terjadinya perpisahan. Seperti mantra jailangkungan.

Jailangkung-jailangkung di sini ada pesta besar. Datanglah-datanglah. Kami membutuhkanmu. Datanglah-datanglah. Huft. Datang tak diundang. Pulang tak diantar. Datanglah-datanglah.

Kadang terlambat membalas pesan. Kecewa, lantas pura-pura lupa. Akhirnya pesan tiba. Saling hapus, saling unfollow.  saling blokir. Padahal begitu mesra mulanya. Mulai bangun pagi pesannya dinantikan. Membalas pesan sambil senyum sendirian. Hilang lenyap ketika kecewa. Lupa mesra lupa teman jauh di sana sedang mengalami kesusahan.

Sering juga, ketika berkenalan menggebu-gebu. Kedua identitas masih jadi misteri. Ketertarikan dan kecocokan bahan obrolan membuat merasa nyaman. Menyendiri, mojok saling japri.

Berlanjut dengan saling mengenang. Saling memendam rindu. Sama persis, sejak bangun pagi hingga menjelang tidur tidak terpisah barang sekejap obrolan lengkap. Berhari-hari. Berbulan-bulan. Juga kecewa tersebab perkara sangat tidak masuk akal.

Kasus selanjutnya. Ketika foto profil terpasang, menggoda untuk saling mengenal. Saling memuji. Saling membagi cerita. Bercanda. Berlanjut mesra. Ada kangen mendera. Berakhir juga. Sebabnya sama. Salah sangka. Salah paham. 

Banyak kasus-kasus menggelitik lainnya. Apalagi bagi pasangan teman yang kenal lewat jejaring sosial adalah dalam usia belia. Kecemburuan jadi faktor utama. Biasanya mesra dan meriahnya tidak terlalu lama. 

Untuk kasus pasangan pertemanan, bagi yang sudah dewasa lebih bertahan lama. Keunikan pasangan perteman ini adalah masalah rumah tangga yang saling diceritakan. Dengan bercerita mungkin tercipta rasa lega. Kebanyakan berlangsung lama. 

Uniknya setiap kita hampir sebagian besar tidak akan puas hanya dengan berteman hanya dengan satu orang. Masalah yang timbul adalah karena alat komunikasi yang digunakan hanya satu. 

Respon utama terhadap semuanya adalah kekuatan jempol. Kelincahan jempol. Dan jempol memiliki keterbatasan. Alhasil, banyak pesan pasangan yang terlambat direspon. Tetap saja, salah seorang dari mereka kecawa. Merasa ditinggalkan. Prasangka buruk. Akhirnya terpisah juga.

Kesimpulannya adalah jika ingin memiliki teman setia dalam dunia maya tips yang perlu diperhatikan yaitu menerima teman apa adanya. Waktu menggunakan jejaring sosial terbatas. Harus disadari waktu yang kita perlukan seadanya dan sesempatnya. Jangan berharap lebih terhadap teman kita. Bagaimana? Anda sepakat? Salam pertemanan.

11012019
Pujon- Malang. Feat Tanah Bambu Kalsel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun