Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Berburu Tulus

10 Januari 2019   17:53 Diperbarui: 10 Januari 2019   17:54 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segera dia browsing, mencari informasi tentang artis tersebut, betapa terkejutnya, ternyata si artis termasuk yang punya tarif cukup mahal sekali kencan. Delapan puluh juta semalam itu mahal, kalau mau diajak hidup selamanya bisa habis uang kas kerajaan untuk bayar dia. Ada beberapa pilihan sebetulnya, tapi yang lain tidak menarik, terlalu seksi untuk jadi permaisuri. Dia sedang berburu pendamping yang tulus. Mencintai dirinya, dan rakyat kerajaannya. Bukan sebagai simbol belaka.

Bisa melotot nanti penghuni istana kalau ada permaisuri seksi. Ternyata yang berpenampilan elegan pun ternyata tak seperti bayangannya. Pangeran tak mau dapat barang bekas. Akhirnya dia hanya memandang saja dengan penuh geram pada gambar artis wanita yang jadi sasaran. Dalam galau  memikirkan jomblonya, Sang Pangeran menulis puisi.

Gegap sungguh aku mengharap
Pelukan bintang malam
Rengkuhan bulan saat kelam
Agar hangat tetap di tempat

Rimbun hati mengebiri
Inginkan hadir permaisuri
Yang murni asli
Bukan bekas sana sini

Padamu  angin yang berbisik
Hadirkan padaku teratai biru
Kan kubelai sepenuh hatiku
Hanya untuknya jemari usapku

Pangeran tetiba tertidur pulas setelah membuat puisi manis. Nyamuk-nyamuk beterbangan di sekeliling kepalanya, beberapa anak tikus menjilati kakinya, berbaris. Menyanyikan nada-nada fals yang justru membuatnya gusar dan tidak bisa tidur.


 Akhirnya ia menutup seluruh tubuhnya dengan sarung. Nyamuk tak lagi bisa menggigit, tapi hamster yang serupa  anak tikus berwarna putih itu masih bisa menyelusup. Dia masuk lewat jari telunjuk yang dipakai memegang ujung sarung.

 Dijilati jemari Sang Pangeran sepenuh mafhum, sambil berucap" Maafkan aku yang telah mengganggu lelapmu, dekap aku ya, nunut,  aku juga butuh hawa hangat di dalam sarung."


Di lantai dingin, diantara malam yang semakin larut, Sang Pangeran  makin lelap berpeluk hamster. Bulu lembutnya menyajikan kenyamanan impian, indah didapatkan Sang Pangeran. Hamster itu tidak pasang tarif, dia rela berpeluk Sang Pangeran tanpa syarat. Seperti itukah cinta tulus yang diharap Sang Pangeran?

Pujon-Malang, 10012019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun