Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tertawan Rindu Pujaan

11 Desember 2018   18:48 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:03 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gigil malam mengembarakan ingatku padamu. Kudengar angin membisikkan namamu melintasi hening. Indah kenang menggemuruhkan rinduku padamu. Melintasi semesta dan memorakporandakan segala bening. Duhai pemikat hati, tolehlah aku yang tengah diamuk halimun rindu padamu.

Pada bulan separuh yang malu-malu memancarkan pendar cahanya, kutemukan sosok  memesona. Kini namanyapun tersimpan baik di balik dinding-dinding hatiku, terkunci di sana, aman dari segala goda dari sebelah luar. Wajah teduhnya berbalut kasih, menyunggingkan senyuman kepadaku yang lama didera kesepian merintih ini.


Buai cahaya rembulan menerobos masuk melalui celah jendela kamar. Saat itu, lewat tengah malam, memandang dari kejauhan, kulemparkan angan pada sosok lelaki tanah seberang yang tak pernah lelah mata ini mengintip notifikasi. Gawai di tanganku membuncah, angan mengembara, meminta hadirnya yang melahirkan debar kerinduan.


Ada aksara goda yang meloncat-loncat lewat lisannya. Ada pesona pandang yang melintas-lintas dalam tatapnya. Aku tergoda rayu pujanya. Aku terpesona pandangnya. Hati yang menghangat terlanjur membara. Rasa yang merimbun kadung membelantara.


Kutawan dia dengan sepenuh haq, tanpa meminta  persetujuan. Kupinang hadirnya dalam bayangan tanpa ingin memaksakan wujudnya hadir, melarung cinta, menyeberangi samudera demi sebuah cinta tak bertepian.


Pada dinding hati, berpigura. Sorot netra dengan lembut, menatapmu. Pada sisi relung  hati paling sunyi, ketika bisikan mesra membelenggu malam yang menipu keheningan, telinga  bergetar, romansa rindu beradu. Menampar peraduan sisa malam tak bertuan.


Aku ditikam belati bernama rindu
Menanahkan luka rindu yang kurawati sendiri. Aku diamuk halimun bernama rindu. Memorakporandakan rasa yang kutata sendiri. Duhai penambat hati. Andai norma seringan helai kabut. Raih tanganku dan berangus pergi sendiriku.


Ada wirid nama dalam kulum rindu ini, untuknya selalu. Ada binar pandangan, ingin bertatapan dengan semua rasa takut bila bertemu. Ada pengulangan panggilan untuknya, pada hening jeda keramaian dunia sepenuh rindu. Ada wejangan cinta yang menyadarkanku untuk larangan bersatu.


Keinginan ini haruslah kubendung, agar tak menjadi banjir rindu merendahkanku. Biarlah hanya cinta tersembunyi saja dan mencari alasan untuk selalu menyapanya. Kata orang tak baik wanita mengumbar rasa, apa lagi pada yang telah ada pemiliknya.


Bait "Jadikan aku yang kedua", baiknya tak kuikuti iramanya, meski aku sangat suka isi maknanya.  Biarlah samudera cinta ini kuarungi berdua dengannya, dalam sebuah narasi. Kisah tentang seonggok daging wanita hampir senja yang merasa kembali muda, kala lelaki memesona datang menggoda.


Tiada risih mengajak berdua, mengarungi bahtera kasih di lautan cerita cinta. Tak ada alasanku menolaknya. Bukankah kisah cinta selalu sarat makna? Tentang kesejatian rasa tanpa pamrih apa-apa. Tentang pengorbanan melakukan yang kadang memberatkan tanpa ingin sedikit pun balasan, selain hanya sebuah pembuktian. Noktah cinta ini begitu besar pusaran gelombangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun