Mohon tunggu...
ani dwi
ani dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pecinta seni dan budaya yang percaya bahwa setiap karya memiliki kisah dan nilai kemanusiaan di baliknya. Menulis untuk merawat ingatan, melestarikan tradisi, dan menyalakan dialog kreatif di tengah masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Junrejo Tempo Doeloe 2025: Antara Pelestarian Budaya dan Seremonial Tahunan

11 Oktober 2025   16:06 Diperbarui: 11 Oktober 2025   16:06 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Junrejo Tempo Doeloe memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Batu ke-24 (Foto: Penulis)

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Batu ke-24, Kecamatan Junrejo menyelenggarakan acara "Junrejo Tempo Doeloe" dengan tema "Festival Budaya Guyub Rukun Sedoyo Sae" pada 9--10 Oktober 2025 di Kantor Desa Tlekung. Festival ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM dan pelestarian budaya lokal.

Beragam pertunjukan kesenian tradisional tampil memeriahkan acara, mulai dari tari Anggrek, Sanduk, Remo, Gembang Dele, Gugur Gunung, Pesona Nusantara, hingga penampilan kentrung, karawitan Sekar Endah Laras, dan musik angklung dari PKK. Selain hiburan seni, masyarakat juga disuguhi deretan kuliner khas dari tiap desa serta jajanan tempo doeloe yang menghidupkan suasana masa lampau.

UMKM kuliner khas tempo doeloe (Foto: Penulis)
UMKM kuliner khas tempo doeloe (Foto: Penulis)

Camat Junrejo, Parman, mengatakan bahwa festival ini tidak hanya menghadirkan pertunjukan budaya, tetapi juga menampilkan gerai makanan khas lengkap dengan simulasi proses pembuatannya. "Tak hanya menampilkan budaya saja, warga masyarakat juga disuguhkan dengan gerai makanan khas dari masing-masing desa dan kelurahan serta simulasi berikut tata cara pembuatannya," tuturnya. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu menjadi ajang pembelajaran sekaligus kebanggaan bagi masyarakat. "Kami ingin warga, khususnya generasi muda, mengenal kembali kekayaan kuliner dan tradisi leluhur yang hampir terlupakan. Ini bukan sekadar hiburan, tapi juga bentuk edukasi dan pemberdayaan," tambahnya.

Festival ini pun mendapat sambutan positif dari masyarakat. Salah satu warga Desa Tlekung, menilai kegiatan tersebut membuat anak-anak lebih mengenal budaya daerah. "Sekarang anak-anak lebih suka tontonan modern. Dengan acara seperti ini, mereka jadi tahu kalau tari dan makanan tradisional itu juga menarik," ujarnya.

Meski demikian, dari sisi penyelenggaraan, masih tampak bahwa festival ini lebih berorientasi pada hiburan ketimbang pendidikan budaya. Minimnya penjelasan mengenai makna filosofis dari setiap tarian atau sajian membuat publik lebih banyak menikmati pertunjukan secara visual tanpa memahami nilai yang terkandung di dalamnya.

Secara keseluruhan, Junrejo Tempo Doeloe merupakan langkah positif dalam menghidupkan kembali warisan budaya dan mempererat hubungan sosial masyarakat. Namun agar tidak berhenti sebagai agenda seremonial, pemerintah kecamatan perlu memperluas fungsi festival menjadi ruang edukatif dan produktif tempat di mana budaya, ekonomi, dan generasi muda bisa bertemu dalam satu harmoni yang berkelanjutan. (Ani Dwi Ayu Safitri, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik, Universitas Negeri Malang)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun