Mohon tunggu...
Ani Paga
Ani Paga Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis lepas

Suka menulis, traveling, humoris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melirik Kisah Petualangan Srikandi Manggarai, Berkarya dalam Keterbatasan di Papua Selatan

26 September 2018   18:17 Diperbarui: 26 September 2018   18:23 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayo Peduli Pendidikan di Papua

Veronika Kurnyangsi demikian nama gadis manis asal Kumba Ruteng Flores. Untuk kesekian kalinya sore ini dia meneleponku dari tanah yang jauh di sana Papua Selatan. 

Veny nama panggilannya banyak bercerita seputar karya pengabdiannya yang tulus memperhatikan pendidikan di daerah Papua tepatnya di kampung Mopio Distrik Venaha Kabupaten Mappi Provinsi Papua. 

Veny menjadi guru di sekolah dasar Mopio setelah lulus mengikuti test dalam rekrutmen Guru Penggerak Daerah Tertinggal yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Kapasitas Dan Kerjasama (PPKK) Fisipol Universitas Gajah Mada di akhir tahun 2017 yang lalu. 

Bersama dua orang temannya dia ditempatkan di desa terpencil jauh dari keramaian ibukota. Setelah liburan sekolah pertengahan tahun 2018 dua orang teman Veny tak pernah kembali ke sekolahnya. Tinggalah Veny seorang diri menjadi satu-satunya guru yang mengajar 6 kelas sekaligus.

Veny bersama siswanya bersiap berburu ke hutan
Veny bersama siswanya bersiap berburu ke hutan
Berbagai tantangan terus dilaluinya namun tidak mengurungkan niatnya untuk berhenti mengajar di sekolah yang memiliki murid aktif sebanyak 45 orang dari total 60 murid itu. Tekad Veny hanya satu membuat pendidikan para muridnya tidak ketinggalan jauh dengan para siswa lain di Indonesia.

Veny menempati sebuah bangunan rumah dinas guru yang dibangun tahun 1991, kondisinyapun sudah tak layak huni. Banyak tikus menggerogoti dinding rumah dan berkeliaran semaunya di dalam rumah itu. Ularpun berkeliaran bebas sekitar tempat tinggalnya. Penerangan jangan ditanya masih sangat jauh dari harapan.

Veny yang terpaksa meminta beberapa murid prianya menemaninya setiap hari di rumah itu masih menggunakan lampu pelita atau lilin sebagai penerang di rumah dinasnya. Selain ular, babipun berkeliaran hingga memasuki dapurnya. Jika di rumah orangtuanya Veny mendapat fasilitas kamar mandi dan air bersih yang layak tidak demikian di rumah dinasnya. 

Air bersih tidak tersedia dan Venny meminta kerelaan hati para muridnya untuk membawa air bersih ke rumah dinasnya yang berjarak 250 meter dari sekolahnya. Untuk mencuci pakaian Venny harus mencuci di sungai Edra yang merupakan anak sungai Digul yang mengalir tak jauh dari kampung Mopio.Saat ini sedang dibangun satu unit rumah dinas permanen namun tidak memiliki kamar mandi.

Pada hari-hari tertentu Venny menggunakan waktu luangnya menanam sayur mayur di sekitar rumahnya. Sekembalinya Veny berlibur di Ruteng Flores di bulan Juni tahun 2018 tanamannya ternyata habis dimakan babi yang berkeliaran. Sesekali dia ikut memancing ikan bersama para mama di sungai Edra.

Bangunan Sekolah Yang Berdinding Tripleks
Bangunan Sekolah Yang Berdinding Tripleks
Sekolah itu memiliki banyak keterbatasan, bangunan berdinding tripleks yang mulai rusak. Menurut Venny tahun ini sedang dibangun tiga ruang kelas. Veny berharap ada pihak yang secara sukerela mau menyumbang buku-buku pelajaran bagi sekolahnya.

Bukan hanya buku, Veny dan para muridnya membutuhkan pakaian seragam, sepatu, peralatan mandi bagi siswanya. Veny berniat mengurus perijinan pada kantor pos di Mappi agar dibebaskan biaya pengiriman atas buku-buku tersebut. Veny terus bekerja keras bagi lembaga pendidikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun