"Akbar, apa kamu belum tahu kalau Indah itu baru saja meninggal dunia. Justru ini yang kita bicarakan tadi, kabar ini membuat kami harus menunda acara pertemuan keluarga. Besok kami berangkat bersama keluarga pak Andik untuk mengambil jenasahnya di bandara."
Aku merasa kepalaku berat dan berkunang-kunang. Entah mengapa terasa ada yang hilang dari hatiku. Entah berapa lama juga aku terbengong-bengong sampai semua orang kebingungan.Â
Aku ambil coklat pemberian Indah yang tadi aku simpan tadi. Masih ada. Aku perhatikan. Coklat ini tidak menggunakan bahasa Indonesia, tetapi bahasa Korea. Entahlah.