Mohon tunggu...
Anggun Yusgita
Anggun Yusgita Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa S1 Pendidika IPA Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Beat dan Bahaya : Fakta Fisika di Balik Fenomena Sound Horeg

11 Oktober 2025   14:53 Diperbarui: 11 Oktober 2025   14:53 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(a) mobil pemadam diam (b) mobil pemadam bergerak. sumber : Douglas C. Giancoli 

Sound horeg adalah perangkat yang menghasilkan suara, biasanya digunakan untuk meningkatkan atau memperbesar volume suara, sering kali berupa pengeras suara portable atau sistem audio dengan keluaran yang tinggi. Alat ini dirancang untuk menyebarkan suara secara luas dan dengan intensitas yang tinggi, sehingga bisa didengar oleh banyak orang sekaligus. Sound horeg memiliki sejumlah karakteristik seperti daya suara, pengaturan frekuensi, dan kemudahan dibawa. Secara umum, sound horeg dilengkapi dengan amplifier yang bertenaga dan speaker berkualitas tinggi untuk memastikan suara yang dihasilkan jernih dan menggelegar, bahkan dalam situasi luar ruangan atau di tengah keramaian.

Fenomena pemanfaatan sound horeg atau sistem audio berkekuatan tinggi, semakin meluas dalam beragam aktivitas budaya dan sosial di tengah masyarakat Indonesia. Teknologi ini sering dipakai dalam acara-acara seperti festival, pawai, atau perayaan rakyat, dan kini telah menjadi aspek utama dalam hiburan. Parade sound horeg tidak hanya menyuguhkan hiburan, tetapi juga menciptakan kesempatan ekonomi bagi masyarakat, meski di sisi lain muncul berbagai masalah. Sejumlah orang mendukungnya sebagai sarana ekspresi budaya, sementara yang lain menolaknya karena efek buruk yang ditimbulkan.


Fenomena Fisika

Gelombang bunyi adalah jenis gelombang yang hanya dapat bergerak dengan bantuan suatu bahan yang dikenal sebagai medium. Gelombang suara adalah gelombang longitudinal yang bergerak. Gelombang suara paling dasar adalah gelombang sinusoidal dengan frekuensi, amplitudo, dan panjang gelombang tertentu. Saat gelombang suara bergerak dekat dengan sumbernya, bentuknya akan bulat atau spherical, dan menyebar ke segala arah. Namun, ketika gelombang suara bergerak jauh dari sumber, maka dapat dianggap sebagai gelombang yang bercorak planar atau linear. Telinga manusia peka terhadap gelombang suara dalam rentang 20 hingga 20000 Hz, karena pada rentang ini telinga manusia masih dapat mendengarnya. Jika frekuensi berada di bawah 20 Hz, ini disebut infrasonik dan telinga manusia tidak dapat mendeteksinya. Sementara itu, jika frekuensinya di atas 20000 Hz, disebut ultrasonik, yang dapat menyebabkan rasa sakit pada telinga manusia dan bahkan berpotensi merusak telinga jika terpapar terlalu lama.

Intensitas bunyi adalah cara pengukuran kuat bunyi berdasarkan daya bunyi per satuan luas ruang yang terpapar bunyi. Jika sumber bunyi berupa titik, ruang yang terpapar bunyi ini berbentuk bola yang dimensinya makin besar jika makin jauh dari sumber bunyi tersebut.

I = P/A

dimana :
-- I : intensitas bunyi (dalam watt per meter persegi, W/m).
-- P : daya atau energi per satuan waktu yang dipancarkan oleh sumber bunyi (dalam watt, W).
-- A : luas area yang dilalui oleh gelombang bunyi (dalam meter persegi, m).

Intensitas bunyi pada sound horeg sangat tinggi karena daya speaker besar, menghasilkan tekanan suara hingga 120 dB yang terdengar sangat keras, meski berkurang seiring jarak dari sumber. Semakin besar intensitas bunyi, semakin kuat energi gelombang yang merambat melalui udara sehingga suara terdengar sangat keras. Namun, karena intensitas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, bunyi sound horeg akan berkurang kekuatannya seiring bertambahnya jarak dari sumber, meskipun pada jarak tertentu tetap bisa terdengar karena energi akustiknya yang besar. 

(a) mobil pemadam diam (b) mobil pemadam bergerak. sumber : Douglas C. Giancoli 
(a) mobil pemadam diam (b) mobil pemadam bergerak. sumber : Douglas C. Giancoli 

Ketika mobil pemadam diam (a), gelombang bunyi menyebar merata ke segala arah. Namun saat mobil bergerak (b), gelombang di depan menjadi rapat (frekuensi lebih tinggi jadi suara terdengar lebih nyaring), sedangkan di belakang menjadi renggang (frekuensi lebih rendah jadi suara terdengar lebih pelan).

Dampak

Dampak sound horeg dalam pendekatan fisika adalah meningkatnya energi dan tekanan gelombang bunyi di udara yang dapat menimbulkan getaran pada benda sekitar, interferensi suara, serta berpotensi merusak pendengaran akibat intensitas bunyi yang melebihi ambang aman. Dampak lain dari pembunyian sound horeg ini adalah berkaitan dengan kesehatan mental yaitu gangguan dalam tidur ataupun penyebab stress. Begitu pula dengan kebisingan yang mengganggu keseimbangan lingkungan alami, misalnya mengganggu aktifitas satwa liar. 

E = I t

yang berarti energi bunyi (E) bergantung pada intensitas (I) dan lama waktu paparan (t).
Jadi, semakin besar intensitas suara dan semakin lama kita mendengarnya, semakin banyak energi bunyi yang diterima telinga dan semakin besar pula risiko kerusakan pendengaran.  

Saran atau Rekomendasi

Berdasarkan analisis fisika terhadap fenomena sound horeg, beberapa rekomendasi dapat diterapkan untuk meminimalkan dampak negatifnya. Pengguna sound system perlu mengendalikan intensitas bunyi agar tidak melebihi ambang batas aman 85 dB, sehingga tidak menimbulkan gangguan pendengaran maupun ketidaknyamanan bagi lingkungan sekitar. Penataan arah dan jarak speaker juga harus diperhatikan agar gelombang bunyi tidak terfokus ke area permukiman dan mengurangi efek pantulan atau interferensi suara. Selain itu, penggunaan bahan peredam akustik seperti busa atau panel penyerap bunyi dapat membantu meredam energi akustik berlebih.

Dalam perancangan sistem suara, prinsip-prinsip fisika seperti resonansi dan frekuensi alami sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan efisiensi keluaran suara tanpa harus menaikkan daya berlebihan. Operator maupun pendengar di sekitar sound horeg disarankan menggunakan pelindung telinga untuk mengurangi risiko kerusakan pendengaran akibat paparan suara keras dalam waktu lama. Terakhir, perlu ditingkatkan edukasi dan kesadaran bahwa kualitas audio tidak hanya diukur dari kerasnya volume, tetapi juga dari kejernihan, keseimbangan frekuensi, dan kenyamanan akustik bagi masyarakat sekitar.

Daftar Pustaka

1. Aprilian, E. W., & Poerwanti, S. D. 2025. Dampak Parade Sound Horeg terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bumirejo, Kabupaten Blitar. Jurnal Intervensi Sosial, 4(1), 13-20.

2. Arsyad et al. 2023. Panduan Gelombang Bunyi dan Cahaya. Bandung : Indonesia Emas Group

3. Latifah, N.L. 2015. Fisika Bangunan 2. Cibubur : Griya Kreasi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun