Mohon tunggu...
Anggit Satriyo Nugroho
Anggit Satriyo Nugroho Mohon Tunggu... Jurnalis - Advokat dan akademisi

Saya adalah seorang yang berpengalaman dalam bidang jurnalistik selama hampir 20 tahun, saya juga menggeluti dunia advokasi selama 5 tahun. Selain itu saya juga miliki pengalaman sebagai akademisi. Dari pengalaman tersebut, saya memiliki kemampuan menulis terutama terkait hukm dan pers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Surabaya yang Punya Posyandu Next Level

29 April 2024   17:15 Diperbarui: 30 April 2024   17:47 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bayi ditimbang di posyandu. Foto: KOMPAS/NINA SUSILO

Mereka punya program kerja yang jelas dengan kinerja konkret. Ia ceritakan bagaimana blusukan dari rumah ke rumah mencari balita termasuk ibu-ibu hamil. Ia pantau kecukupan gizi balita dan ibu hamil itu secara berkala.

Mereka mengubah stunting menjadi masalah bersama yang harus dicarikan solusi bersama.

Ia yakinkan kepada semua orang bahwa kalau stunting terus-terusan di Surabaya, jangan harap kita punya generasi emas yang cemerlang. Bertubuh sehat dengan otak yang encer.

Stunting yang dibiarkan dan tidak diurus hanya menghasilkan generasi ringkih dan sulit bersaing. Maka Indonesia emas yang kita cita-citakan hanya slogan kosong saja.

Posyandu di Surabaya sudah next level. Ia juga melatih orang tuanya sekalian.

Ia bagikan wawasan utuh mengapa orang tua harus hebat. Ia kumpulkan para orang tua dalam sebuah kelas. Tiap Minggu ia dijejali materi dan praktik. Berganti-ganti pula tentornya.


Kampus di sekitar tempat tinggal dilibatkan. Ia ketuk pintu-pintu kampus, lalu ditagih bisa menyumbangkan apa? Kalaulah ilmu, ilmu yang seperti apa pula. Setidaknya niatan membebaskan stunting harus menjadi perjuangan yang membara.

Di kelas-kelas yang dibuat, tiap orang tua yang punya balita harus menuntaskan modul-modul pembelajaran anak. Macam-macam. Mulai bagaimana mengelola emosi, bagaimana mengajarkan etika, bagaimana mengajarkan bertutur kata, bagaimana hubungan ayah dan anak. Macam-macam.

Maklum, dari orang tualah anak terbentuk. Orang tua tangguh akan menghasilkan anak tangguh.

Melalui pelajaran dari posyandu itu, tak boleh lagi orang tua marah-marah di hadapan anak dengan mengumbar kata-kata kasar. Tak boleh lagi, seorang ayah marah bukan main kepada anaknya karena hal sepele. Impitan ekonomi, rumah yang sumpek, kerap membuat emosi orang tua kerap terpicu dan meledak. Maka, jangan heran bila generasi pemarah itu pula yang kita hasilkan kelak.

Kini, emosi orang tua harus lebih terkelola. Bagaimana, mengubah emosi yang meledak menjadi elusan perhatian yang mengena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun