Mohon tunggu...
Anggit Pujie Widodo
Anggit Pujie Widodo Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ( Pramoedya Ananta Toer )

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nestapa

9 Maret 2022   19:55 Diperbarui: 9 Maret 2022   19:57 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by Dok. pribadi

Lelaki itu terlahir kembali, menjadi pribadi yang lain, bukan dirinya yang sebenarnya. Meninggalkan bukanlah sebuah keputusan yang tepat, terlebih sang kekasih setiap harinya semakin menarik perhatian lelaki lain. 

Terkadang, dalam hatinya ada rasa menyesal yang begitu dalam, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya menyayat luka setiap mengingat, tanpa pernah disadari hal itulah yang membuat ia makin terpuruk. 

Lelaki itu menikmati nestapa yang diciptakannya sendiri. Mengapa dahulu sang kekasih ditinggalkan begitu saja karena sebuah hal sepele, padahal sebenarnya begitu mudah untuk dicarikan solusi. 

Amarah yang menyala kala itu, sudah tak bisa dibendung, sikap, karakter dan sifat sang kekasih dijadikan pancingan agar lelaki itu bisa meninggalkan kekasihnya dalam kesepian. 

Setelah tersadar, barulah ia menyesal, lelaki itu bak kursi kosong tanpa pemilik, berdebu dan tak ada yang mau merawat dan membersihkan dari debu. 

Nestapanya semakin menjadi, ketika mendengar sekelebat kabar jika sang mantan kekasih dekat dengan orang lain. Marah, sedih, cemburu bercampur jadi satu dalam benaknya. 

Ingin mencoba melarang, tapi sepintas ia sadar, bahwa ia bukan satu sosok yang spesial lagi. 

Paras manis sang kekasih kini hampir menjadi milik orang lain, tinggal menunggu waktu saja sampai akhirnya lelaki itu melepaskan semua masa lalu indah yang diukir dalam. 

Kemampuannya untuk berdiplomasi soal cinta seolah tak berguna, menunjukkan ia sudah rapuh, tak mampu berdiri di kaki sendiri. 

Rusuk yang semula ia kira adalah rusuk yang hilang, ternyata bukan kepunyaannya. Ketika sang mantan kekasih akhirnya dimiliki orang lain, yang terlintas dalam pikirannya hanyalah sebuah kata 'Selamat Tinggal dan Selamat Bahagia'. Nestapa kian menyemai dalam dirinya, tak mampu dibendung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun