"Aku tidak mencuri."
"Ayo sayang, tidak boleh bohong."
"Ada yang ngasih."
Fatia berpandangan dengan suaminya. Wajah suaminya terlihat memerah menahan marah. Tapi aku memberikan isyarat untuk tetap tenang.
"Siapa yang ngasih?"
"Orang."
"Namaya?"
"Ya orang."
"Ngasihnya dimana?"
"Di kamar."
Fatia berpandangan lagi dengan suaminya. Di kamar? Untuk hari itu sudah cukup pembicaraan itu, karena Fadly pun bertahan tidak bersalah. Dia tidak boleh terbawa amarah, dan harus menyelidiki segala sesuatu yang berkaitan dengan uang itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!