Mendengar nama itu, dia menoleh kepadaku. Namun jarinya masih memainkan HP itu. Sebetulnya hanya membuat aku kesal, tetapi aku tahan.
"Dokter Tata mundur, dia meminta saya menyampaikan pesan ini pada anda..."
"Anda ini siapa?"
"Saya sahabatnya, saya hanya ingin menyampaikan, pesannya, dia tak siap menjadi wakil walikota," ujarku.
"Anda pasti bercanda, mana ada orang yang menolak jabatan sebagus itu," kata laki-laki itu.
"Serius, dia menolaknya," kataku.
"Ha... ha... ha, aneh, Bu..."
"Suzan, Bu Suzan, iyaa, saya menemui anda untuk menyampaikan ini," kataku tegas.
"Alasannya?"
"Hanya tak siap menjadi birokrat, dia takut kehilangan pasien-pasien yang dicintainya," jelasku.
Laki-laki itu memandangku. Masih ada rasa tak percaya mendengar berita itu. Rambutnya yang tersisir rapi di belakang bergetar oleh gelisahnya. Dan gerahamnya bergerak menahan kekecewaan. Tangannya terus memutar-mutar HP dan sesekali menahan nafas panjang.