Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ayo Naik Transportasi Publik

28 Mei 2019   10:43 Diperbarui: 28 Mei 2019   14:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Penunggu Bus di Pintu Masuk Tol Bekasi Timur (dok.pribadi)

Semenjak meninggalkan dunia per-commuterline-nan rasanya hidup tak lagi terburu-buru. Banyak waktu jeda, lebih sabar menunggu, dan yang jelas badan tak perlu terlalu berkeringat karena berdesakan di kereta. Bagi yang sehari-hari naik commuter line tentu tahu betapa padatnya situasi keseharian di transportasi publik andalan masyarakat jabodetabek ini. Berlari, berdesakan, berebut tempat, dorong-dorongan. Pokoknya perlu fisik dan mental yang tangguh.

Berbeda dengan naik bus Transjabodetabek. Jika naik bus pagi ataupun sore selalu duduk. Bus Transjabodetabek sepengamatan saya beberapa bulan ini seringkali sepi berbanding terbalik dengan jalanan yang padat oleh mobil-mobil, macet.

Ada banyak bus yang melintas sari Pintu Tol Bekasi Timur menuju Komdak. Dan tarifnya pun variatif. Jika ingin hemat naiklah Transjakarta yang melintas setiap halte transjakarta. Tarifnya hanya 3500. Siap-siap padat dan seringkali berdiri. Transjabodetabeknya pun berbeda-beda tarifnya mulai dari 12.000, 13.000, 15.ooo sampai 20.000 (ini dugaan saya). Yang paling mahal adalah Royal Trans. Busnya kecil. Dan penumpang pasti duduk. Nyaman sekali.

Saya sendiri suka sekali naik bus PPD 801 rute Bekasi Timur-Monas. Mengapa? Karena busnya selalu bersih, kondektur dan supirnya rapi dan sopan. Busnya selalu kosong. Juga tidak ngebut-ngebutan. 

Jika naik dari tol Bekasi timur hanya belasan penumpang yang ikut. Bus ini kemudian penuh oleh penumpang ketika di Jati Asih. Itu pun hampir semua orang bisa duduk. Jika tidak kebagian duduk, ada tempat duduk tambahan dan bahkan karpet. 

Intinya setiap orang bisa duduk. Ada juga yang tarifnya 10.000, bus Mayasari Bakti. Biasanya penuh sekali. Saya beberapa kali harus berdiri. Atau duduk di bangku paling belakang, di atas tempat barang, duduk bersama barang-barang (karena biasanya bersamaan dengan barang-barang yang di beli dari Tanah Abang.

Meskipun memang waktu tempuh naik kereta lebih presisi. Naik bus, kadang cepat sekali dan lebih seringnya lambat, karena macet. Tahu sendiri bagaimana kondisi tol beberapa tahun ini. Ada banyak pembangunan infrastruktur. 

Macetnya seringkali tidak terduga. Padahal jarak Bekasi-Jakarta tidak jauh-jauh banget. Jika sedang lancar, 20-30 menit sudah sampai. Jika macet parah, bisa 2-4 jam. Apalagi jika ada kecelakaan. Bisa lebih dari itu.

Bus PPD yang Kosong Sebelum Melewati Jati Asih (dok. pribadi)
Bus PPD yang Kosong Sebelum Melewati Jati Asih (dok. pribadi)
Enaknya naik bus adalah bisa tidur dan nyenyak. Jika masker di kereta diperlukan agar tak terserang rebak aroma aneka wewangian tubuh manusia, di bus masker diperlukan untuk tidur, agar tak malu jika mulut menganga karena begitu pulasnya. 

Namun, entah mengapa naik bus sering membuat saya mual. Mungkin karena laju bus tidak konsisten sedang kereta relatif konstan. Ada beberapa jenis bus yang ngebut sekali. Selip sana sini. Agak tegang juga kadang. Namun ya tidak ugal-ugalan seperti bus-bus di masa lalu.

Dan anehnya, di kereta justru saya bisa membaca apapun, kadang buku. Meskipun dalam kondisi terhimpit dan terdesak. Sedang di bus, baru duduk saja kantuk sudah menyerang. Buku yang dibawa hanya mendekam manis di tas. Bayangkan (namanya juga membayangkan) jika aktif membaca atau menulis di bus. Produktif sekali pasti. Tapi karena hanya bayangan, jadi ya tidak dilakukan.

Sekarang ini, angkutan umum jelas lebih baik dari hari ke hari. Meskipun tentu perbaikan-perbaikan mesti dilakukan. Masyarakat pun akan otomatis pindah menggunakan transportasi publik jika nyaman didapat juga jika semakin banyak alternatif yang tersedia. Misalnya saja seperti seorang senior yang sudah begitu lama naik mobil jika ke kantor pun memilih menggunakan MRT.

Nyaman, aman dan tidak macet sebutnya. Dan seperti di luar negeri sebut teman lainnya yang sudah rutin menggunakan MRT.  Atau, ada banyak orang yang kemudian kapok dengan macet, sehingga tak lagi membawa mobil dan motornya ke kantor kemudian memilih transportasi publik.

Saya ingat dulu naik bus atau angkutan publik lainnya terasa sangat tidak nyaman. Keamanan pun tak terjamin. Copet berseliweran di mana-mana. Juga para pemalak. Ketika semester satu, saya melewati Terminal Pulo Gadung. Tiba-tiba diberhentikan untuk dimintai uang. Dia mengancam akan meneriaki maling jika saya tidak memberikan uang. Saya menolaknya. Dengan rasa dag-dig-dug tentunya. 

Saat itu sepi sekali. Masih jam 6 . Dia terus bicara melantur. Minta KTP dan lain-lain. Saya tetap tidak mau. Dia minta saya jongkok. Saya pelan-pelan ambil ancang-ancang untuk kabur. Saya pun lari sekencang-kencangnya. Meskipun dulu pernah belajar silat, hitungan terbaik dalam situasi itu tetap menghindar dan kabur. Saya naik patas dan berdoa semoga dia tak mengejar. Syukurnya dia tak mengejar. Sejak saat itu saya menghindari pulo gadung dan mencari alternatif kendaraan lain menuju kampus.

Juga saya beberapakali diraba-raba copet. Untung seringnya pakai jeans, hape susah diraba. Saya pernah sampai tepak tangan si pencopet dan langsung melirik. Dan entah yang mana copetnya. Ibu saya naik angkot dan hapenya berpindah tangan. Reflek ia teriak. Copet ya sambil mengambil hapenya. Nekat. Dan ibu saya baru sadar setelahnya, kalau itu copet dan teman-temannya marah bisa gawat urusan.

Dulu cerita itu begitu sering saya dengar berseliweran dan juga dialami sendiri. Sekarang mungkin masih ada kejadian iti, tetapi di moda transportasi masal sudah jarang. Meskipun di commuter masih ada saja copet beraksi.

Yang jelas pilihan sekarang lebih banyak tersedia. Jika sejak dulu begini kita mungkin sudah melangkah jauh. Dan jika tren positif ini dilanjutkan tak perlu lagi macet-macetan yang tidak rasional itu. 

Meskipun memang di banyak titik kemacetan semakin menjadi karena kita memang masih senang naik kendaraan pribadi. Masih banyak waltu berbenah. Harus dilakukan banyak strategi agar orang semakin berpindah mengendarai transportasi publik.

Ayo Naik Transportasi Publik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun