Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ayo Naik Transportasi Publik

28 Mei 2019   10:43 Diperbarui: 28 Mei 2019   14:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Penunggu Bus di Pintu Masuk Tol Bekasi Timur (dok.pribadi)

Sekarang ini, angkutan umum jelas lebih baik dari hari ke hari. Meskipun tentu perbaikan-perbaikan mesti dilakukan. Masyarakat pun akan otomatis pindah menggunakan transportasi publik jika nyaman didapat juga jika semakin banyak alternatif yang tersedia. Misalnya saja seperti seorang senior yang sudah begitu lama naik mobil jika ke kantor pun memilih menggunakan MRT.

Nyaman, aman dan tidak macet sebutnya. Dan seperti di luar negeri sebut teman lainnya yang sudah rutin menggunakan MRT.  Atau, ada banyak orang yang kemudian kapok dengan macet, sehingga tak lagi membawa mobil dan motornya ke kantor kemudian memilih transportasi publik.

Saya ingat dulu naik bus atau angkutan publik lainnya terasa sangat tidak nyaman. Keamanan pun tak terjamin. Copet berseliweran di mana-mana. Juga para pemalak. Ketika semester satu, saya melewati Terminal Pulo Gadung. Tiba-tiba diberhentikan untuk dimintai uang. Dia mengancam akan meneriaki maling jika saya tidak memberikan uang. Saya menolaknya. Dengan rasa dag-dig-dug tentunya. 

Saat itu sepi sekali. Masih jam 6 . Dia terus bicara melantur. Minta KTP dan lain-lain. Saya tetap tidak mau. Dia minta saya jongkok. Saya pelan-pelan ambil ancang-ancang untuk kabur. Saya pun lari sekencang-kencangnya. Meskipun dulu pernah belajar silat, hitungan terbaik dalam situasi itu tetap menghindar dan kabur. Saya naik patas dan berdoa semoga dia tak mengejar. Syukurnya dia tak mengejar. Sejak saat itu saya menghindari pulo gadung dan mencari alternatif kendaraan lain menuju kampus.

Juga saya beberapakali diraba-raba copet. Untung seringnya pakai jeans, hape susah diraba. Saya pernah sampai tepak tangan si pencopet dan langsung melirik. Dan entah yang mana copetnya. Ibu saya naik angkot dan hapenya berpindah tangan. Reflek ia teriak. Copet ya sambil mengambil hapenya. Nekat. Dan ibu saya baru sadar setelahnya, kalau itu copet dan teman-temannya marah bisa gawat urusan.

Dulu cerita itu begitu sering saya dengar berseliweran dan juga dialami sendiri. Sekarang mungkin masih ada kejadian iti, tetapi di moda transportasi masal sudah jarang. Meskipun di commuter masih ada saja copet beraksi.

Yang jelas pilihan sekarang lebih banyak tersedia. Jika sejak dulu begini kita mungkin sudah melangkah jauh. Dan jika tren positif ini dilanjutkan tak perlu lagi macet-macetan yang tidak rasional itu. 

Meskipun memang di banyak titik kemacetan semakin menjadi karena kita memang masih senang naik kendaraan pribadi. Masih banyak waltu berbenah. Harus dilakukan banyak strategi agar orang semakin berpindah mengendarai transportasi publik.

Ayo Naik Transportasi Publik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun