Di kota yang megah namun gelap nurani,berhala diagungkan, Tuhan dilupakan,di bawah bayang istana yang menindas,tumbuh tujuh jiwa, teguh memeluk iman.
Elias, pemuda dengan mata langit,
mencari Tuhan dalam sunyi yang bersih.
Bersama sahabat-sahabat satu jiwa,
mereka berjanji: "Kami hanya sujud pada-Nya."Di senyap malam mereka berdoa,
di siang penuh ancaman mereka berlari.
Satu demi satu, langkah meninggalkan dunia,
menuju gua sunyi yang memeluk rahasia.
Seekor anjing tua, Qitmir namanya,
menjadi saksi bisu setia sepanjang jalan.
Ia tak paham Tuhan, tapi mengerti cinta,
menjaga mereka dengan lidah setia."Ya Rabb," ucap mereka sebelum terpejam,
"Lindungi kami, beri petunjuk dalam langkah."
Dan Tuhan, Yang Maha Menjaga segala,
membuat waktu menunduk untuk mereka.Hari menjadi abad.
Dunia berubah wajah.
Raja mati. Kota hilang.
Tapi gua itu tetap hening, tetap terang.Mereka pun bangkit, dengan mata bertanya:
"Sudah berapa lama kami tidur?"
Lalu kota menyambut mereka dengan air mata,
dan langit bersaksi: ini adalah tanda.Tuhan tak pernah tidur.
Iman tak pernah layu.
Dan siapa yang berserah pada-Nya,
akan dijaga, meski dunia berlalu.Kini gua itu ditutup batu dan doa,
namun kisahnya terbuka di dada siapa pun yang percaya.
Di antara sunyi dan waktu yang fana,
terdengar bisik:
"Bersabarlah, wahai jiwa... Tuhan tak pernah lupa."-oo-