Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Pengusaha Biar Apa?

28 Maret 2018   14:50 Diperbarui: 28 Maret 2018   22:40 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*sumber foto https://www.pexels.com

Geliat bisnis anak-anak muda kian menjadi-jadi beberapa tahun belakangan, khususnya untuk yang level ecek-ecek. Kalau bisnis bikin kedai kopi di tengah kota atau bikin gerai cemilan yang menghiasai foodcourt mall-mall dan pinggiran jalan-jalan besar mah bukan ecek-ecek namanya.

Bisnis semacam itu membutuhkan modal yang sangat besar untuk hitungan anak muda dan juga perlu perencanaan yang matang, jadi tidak bisa dianggap ecek-ecek. Karena butuh modal besar, biasanya pemiliknya antara anak muda yang sudah punya penghasilan besar dari pekerjaan lainnya dan sudah mengumpulkan uang modal sejak lama, atau anak-anak muda yang punya orang tua tajir. Belum lagi soal business plan yang tidak bisa asal-asalan, yang artinya si pemilik bisnis pastilah anak muda dengan otak brilian atau punya mentor berpengalaman. Masalahnya, anak-anak muda di Indonesia ini banyakan ada di level yang mana: 

A) Di usia 30 sudah bergaji 10 jutaan rupiah/bulan dan sudah mulai menabung 1-3 juta/bulan sejak lulus kuliah di usia 21-22 tahun, serta punya kemampuan untuk bikin business plan yang komprehensif
B) Punya orang tua tajir yang bisa ngasih modal usaha dan sempat meluangkan waktunya untuk membimbing bisnis anaknya
C) Tidak brilian-brilian amat + belum bergaji 10 juta rupiah di usia 30 + tidak punya tabungan + orang tua tidak bisa kasih modal usaha

Yang mana coba?

Sekarang makin banyak anak-anak kuliahan, apa pun latar belakang jurusan yang mereka ambil, bila ditanya mau jadi apa akan menjawab pebisnis. Bahkan sejak lulus SMA pun anak-anak sudah diarahkan untuk mengambil kuliah bisnis agar nanti setelah lulus bisa langsung jadi pebisnis. 

Lalu pegawai-pegawai fresh grad yang belum ada 2 tahun bekerja pun di kepalanya sudah terngiang-ngiang rencana resign untuk kemudian bikin bisnis sendiri. Yang jadi pertanyaan kemudian adalah bisnis apa yang cocok bagi anak-anak muda yang belum punya cukup modal materi dan pengalaman, serta orang tua yang tidak bisa memberi modal usaha? Lagian apa sih hebatnya berbisnis sampai semuamuamua anak muda ini ingin sekali berbisnis?

Lika-liku bisnis level ecek-ecek
Yang paling mudah dan murah tentu saja berbisnis online. Lapak gratis. Yang penting punya handphone dengan kamera memadai, kuota internet, lalu tinggal beli barang yang sesuai dengan kekuatan modal, tentukan harga jual, kemudian posting.  Model bisnis seperti ini bahkan sudah banyak dilakukan oleh anak-anak kuliahan. Selain di media sosial seperti Facebook (FB) atau Instagram (IG), sekarang kita juga bisa memanfaatkan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dll.

Ada teman saya yang bisa membiayai kuliahnya sendiri dari hasil jualan sepatu KW merk-merk ternama. Awalnya hanya menawarkan dua tiga pasang ke teman-teman kampus, lalu seiring berjalannya waktu ia punya stock lebih banyak kemudian menjualnya di media sosial dan marketplace. Setelah lulus kuliah dia memutuskan bekerja kantoran, namun usaha sepatunya tetap jalan terus. Hampir tiap empat bulan sekali ikutan bazar-bazar di mall-mall. Yang dijual kini sudah bertambah sandal, tas, juga dompet. Semuanya KW. Goks!

Ada juga teman saya yang jualan komik bekas di IG. Awalnya iseng jualin koleksi pribadi yang sudah menumpuk di rumah, eh ternyata banyak peminatnya. Agar pilihan komik yang dijual makin beragam, dia hunting komik-komik bekas ke berbagai tempat. Teman saya mengaku di bulan pertama bisa dapat omset 700ribu per minggu. Tapi di bulan ketiga dia sudah berhenti jualan. Pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke IG tidak lagi dibalas, begitu juga chat WA. Alasannya sibuk. 

Tidak jauh berbeda dengan teman saya yang berbisnis jasa titip beli barang. Kebetulan rumahnya berjarak hanya seselemparan celana dalam dari salah satu mall besar di Jakarta, jadi dia memanfaatkan kelebihannya itu dengan menawarkan jasa membelikan barang untuk orang-orang yang sibuk atau malas antre.

Semacam GO-MART atau GO-SHOP tapi jenis produknya berbeda dan range harganya juga lebih mahal. Cerdik sebetulnya melihat peluang betapa padatnya jadwal warga ibukota, belum lagi macet di mana-mana yang bikin banyak orang malas berpergian tapi tetap ingin punya produk terbaru. Dia juga mengincar orang-orang daerah yang uangnya banyak tapi belum kesampaian ke Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun