Mohon tunggu...
Putri Angelica
Putri Angelica Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menelisik Makna di Balik "Hujan"

21 Februari 2018   13:06 Diperbarui: 21 Februari 2018   16:07 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: inesainesi.blogspot.com

Selain itu, terdapat satu waktu lain yang juga sangat berpengaruh bagi tokoh utama yaitu sesaat sebelum ia pergi ke paramedis untuk menghapus ingatannya. Diceritakan bahwa Lail sedang dalam puncak kecemburuannya pada Esok, dan menganggap bahwa Esok lebih memilih Claudia dibandingkan dirinya. Lail menunggu kabar dari Esok, namun bahkan beberapa jam sebelum keberangkatan Esok belum juga memberi kabar. Hal ini membuat Lail merasa tidak kuat menahan segala perasannya pada Esok dan ia memutuskan untuk pergi ke paramedis. Di sinilah di mana cerita sebenarnya diutarakan.

Dua belas jam sebelum pesawat itu berangkat, saat Maryam sedang turun dari apartemen hendak mencari makanan, Lail memutuskan melakukan sesuatu.

Lail sudah tidak tahan lagi. Dia menumpang taksi menuju Pusat Terapi Saraf kota. Menuju ruangan paling mutakhir tersebut.

Begitu kembali ke apartemen, Maryam panic saat tidak menemukan Lail. Dia melihat layar tablet yang tertinggal, masih membuka halaman tentang terapi modifikasi ingatan. (hlm. 301)

Latar sosial novel ini merupakan era modern. Di mana semua serba otomatis dan serba mesin tidak seperti sekarang. Kemajuan teknologi inilah yang membuat manusia cepat kembali pulih setelah bencana super besar itu meluluh lantahkan bumi. Meski terkesan membantu, secara tidak langsung kemajuan teknologi ini juga mengubah cara berpikir manusia yang awalnya serba tradisional menjadi bergantung pada teknologi. Manusia juga cenderung egois dan tidak peduli. Mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan itu justru merusak Bumi.

"Jika krisis air terjadi, bagaimana dengan air minum yang kita butuhkan? Irigasi untuk pertanian? Air untuk hewan ternak? Indsutri? Seluruh kehidupan membutuhkan air." Seseorang bertanya cemas.

"Tidak usah khawatir. Pemerintah akan memikirkan solusinya. Mereka akan punya teknologi mengatasinya. Ini sudah tahun 2050, apa pun bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan." (hlm. 262)

Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat dalam mengisahkan cerita. Dalam novel, jelas sekali pengarang menggambarkan sebagian besar cerita berdasarkan sudut pandang Lail. Meski dalam beberapa adegan penulis menggunakan sudut pandang tokoh lain dalam melanjutkan cerita, cerita dari sudut pandang tokoh lain ini masih berkaitan dengan tokoh utama.

Tere Liye dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan terkesan santai. Mirip dengan gaya bahasa yang digunakan di 'Hujan', terkesan santai dan mudah dipahami. Beberapa novel karangan Tere Liye yang mengandung unsur bencana biasanya memang berdasarkan kejadian aslinya. Beberapa contoh seperti letusan Gunung Krakatau dan Gunung Tambora pada novel 'Hujan', peristiwa Bom Bali pada novel 'Sunset Bersama Rosie' dan peristiwa Tsunami Aceh pada novel 'Hafalan Sholat Delisa'. Selain itu nampaknya pada tahun 2016 Tere Liye memang sedang gemar menulis cerita cerita fiktif. Hal ini dibuktikan dengan beberapa novel yang diterbitkannya setelah 'Hujan' yaitu 'Bumi, 'Bulan' dan 'Matahari' yang semuanya sama sama bergenre fiksi.

Daftar Pustaka:

Damayanti, Rizka. Biografi Tere Liye (Diakses tanggal 20 Februari 2018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun