Koormu berat, menempel di pundakmu,
seperti tangisan yang tak pernah usai,
tangisan kaum papa yang terabaikan,
yang mencari harapan di balik kelam dunia.
Engkau berjalan, meski lelah menggigit tulang,
menggendong luka mereka tanpa keluh,
dengan hati yang penuh kasih dan pengorbanan,
menjadi pelita bagi jiwa-jiwa yang rapuh.
Di setiap tetes air mata yang kau saksikan,
ada doa yang kau panjatkan dalam sunyi,
mengubah kesedihan jadi kekuatan,
mengubah nestapa menjadi pelukan hangat.
Koormu adalah tangisan kaum papa,
yang kau bawa bukan sebagai beban,
tapi sebagai tanda cinta yang tulus,
sebagai jalan untuk menyembuhkan dunia.
Engkau suster, pejuang tanpa pamrih,
dengan hati yang selalu terbuka,
mendengar jeritan yang tak terdengar,
mengangkat mereka yang jatuh dalam keputusasaan.
Koormu adalah kasih yang hidup,
menjadi jembatan antara luka dan harapan,
menghapus tangisan, menyalakan senyum,
itulah jalanmu, itulah koormu,
tangisan kaum papa yang kau gendong dengan cinta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI