Di tengah kebahagiaan yang dirasakan oleh umat Muslim, mereka tak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada biarawan dan biarawati yang telah memberikan tempat bagi mereka untuk merayakan Idul Fitri. "Kami merasa sangat dihargai dan diterima di sini," ujar salah seorang jamaah, dengan mata yang berbinar-binar. "Semoga Allah memberkahi kalian semua."
Sebagai balasan atas kemurahan hati biarawan dan biarawati, beberapa umat Muslim kemudian mengundang mereka untuk ikut merayakan perayaan Lebaran di rumah mereka. Tawaran ini disambut dengan senang hati oleh biarawan dan biarawati, meskipun mereka tahu bahwa mereka tidak dapat turut serta dalam semua aspek perayaan tersebut. Namun, niat mereka untuk menunjukkan kasih dan persaudaraan tak pernah pudar.
Setelah acara selesai, biarawan dan biarawati duduk bersama untuk merefleksikan pengalaman hari itu. Mereka merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari momen yang luar biasa ini. Perayaan Idul Fitri tahun ini bukan hanya tentang memberikan tempat fisik, tetapi juga tentang membuka hati, memperluas pemahaman, dan menciptakan ruang untuk cinta yang lebih besar.
Para biarawan dan biarawati menyadari bahwa perayaan Idul Fitri ini merupakan pengingat bahwa kasih itu tak mengenal batas, tak peduli agama atau latar belakang. Mereka merasa terberkati dapat membantu menciptakan sebuah lingkungan yang harmonis di mana dua agama yang berbeda dapat berbagi kebahagiaan bersama.
Setelah berakhirnya perayaan, banyak dari umat Muslim yang merasa lebih dekat dengan sesama, lebih menghargai perbedaan, dan lebih percaya bahwa perdamaian bisa diwujudkan melalui tindakan nyata. Biarawan dan biarawati pun merasa bahwa misi mereka untuk membawa kedamaian semakin berhasil tercapai, meskipun jalan itu penuh dengan tantangan.
Seiring berjalannya waktu, Gereja Kayu Tangan semakin dikenal sebagai simbol toleransi. Banyak umat dari berbagai agama yang datang untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana perayaan Idul Fitri bisa berlangsung di tempat yang biasanya menjadi tempat ibadah bagi umat Kristiani. Gereja ini menjadi contoh nyata bahwa perdamaian tidak hanya bisa diucapkan, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan.
Biarawan dan biarawati semakin memperdalam komitmen mereka untuk melayani umat, tanpa memandang agama atau latar belakang. Mereka menyadari bahwa dalam dunia yang penuh dengan perbedaan, kasih dan persaudaraan adalah dua hal yang harus terus diperjuangkan. Gereja Kayu Tangan menjadi ruang di mana perbedaan bukan lagi menjadi hambatan, melainkan kesempatan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Selama perayaan Idul Fitri, banyak juga yang menyatakan bahwa mereka merasa lebih damai dan tenang. Umat Muslim merasa diterima dengan penuh cinta, dan biarawan serta biarawati merasa mendapatkan pelajaran berharga tentang makna kasih yang sesungguhnya. Perayaan ini membuka hati semua orang untuk melihat bahwa ada banyak cara untuk menunjukkan kasih sayang dan toleransi.
Pentingnya kebersamaan dalam perayaan Idul Fitri tahun ini semakin mengukuhkan keyakinan bahwa agama bukanlah penghalang untuk menciptakan perdamaian. Justru, agama adalah sarana untuk mengajarkan kita hidup berdampingan dalam cinta kasih dan saling menghargai. Ini adalah nilai-nilai yang terus diperjuangkan oleh biarawan dan biarawati di Gereja Kayu Tangan.
Sementara itu, umat Muslim yang merayakan Idul Fitri di Gereja Kayu Tangan juga merasa terberkati dengan kesempatan untuk beribadah bersama dalam suasana yang penuh kehangatan. Mereka menyadari bahwa perayaan ini lebih dari sekadar shalat atau makanan lezat yang disantap. Ini adalah tentang berbagi kebahagiaan dan menciptakan hubungan yang penuh rasa saling menghormati.
Gereja Kayu Tangan kini menjadi simbol dari persatuan yang harmonis. Bukan hanya bagi umat Kristen, tetapi juga bagi umat Muslim yang merayakan Idul Fitri di sana. Perayaan yang terjadi bukan hanya perayaan agama, tetapi juga perayaan kehidupan bersama, perayaan cinta, dan perayaan damai."Setiap tahun kami berharap untuk melihat lebih banyak orang datang dan merasakan kebersamaan ini," kata salah satu biarawati. "Kami percaya bahwa kebersamaan ini adalah cara terbaik untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kasih sayang yang diajarkan oleh Tuhan."