"Woh ya jelastahutoh! Saya paling senengngantertamu ya makandiRamintenitu. Soalnyapelayan-pelayannyapakaikembensemuahehe", ujarPakKelikterkekeh.
Begitulahjawabantangkasseorangsupirtua yang menjemputkamidisalahsatusudutkotaJogjapekanlalu. Agenda makansiangsengajakamitundademirasapenasaran. Ya. The House of Ramintensudahbeberapakalikamidengardandirekomendasikanbanyakteman. Namununtukpertamakaliakhirnyakamibisamerasakansendirisensasinya.
1331738302669640546
The House of Ramintenmenjadisimbiosismenarikantarakulinerdanatmosfer. Terletakdipojokanjalan FM Noto area Kotabaru. Sekitar 15 menitsajadaripusatMalioboro. KamimelangkahkankakibegituringandanriangkedalamsebuahhalamanrumahtradisionalJawa, dengansuasana semi outdoor, sertaberagamperintilan 'gila' didalamnya. Dari saung pendopo sampai kandang kuda. Benar sajakataPakKeliktadi, deretan pelayan 'dikemas' demikian molek. Berbalut kemben, kain batik terlilit asimetris, sanggul khas dayang keraton, tata rias mengerling genit, hingga braided flip flop alias selop kaki beraneka detail. Folk fashionably!
133173820115399071
Bagian depan terdapat deretan kursi biru bertitel "Area Sabar" sebagai ruang tunggu. Rupanya antrian panjang di sini adalah hal yang amat lumrah terjadi. Ramainya pengunjung tak kenal hari. Apalagi wisatakuliner yang satu ini memang dibuka nonstop 24 jam. Pelayan pun segera mengantar kamike area teras lesehan, dengan senderan kursi rotan dan meja kayu cokelat. Mata saya tak berhenti menari dan menyapu interior padepokan dari segala penjuru. Aroma dupa segar menyeruak. Foto-foto Hamzah, "The Drag Queen of Raminten", alias sang pemilik terpampang jelasdalam berbagai pose. Tepat bersebelahan dengan meja makan, gagah berdiri 1 sepeda onthel dan 2 buah kereta kencana keraton berwarna hijau dengan tulisan "Hanya boleh dinaiki pada hari Minggu Wage".
1331738355323556011
13317383851136908322
Sembari menunggu pesanan, saya tak tahan untuk tidak masuk kedalam ruang tamu, yang rupanya sudah disulap menjadi ruang kerja. Rasanya seperti memasuki sebuah museum antik. Paduan sofa kulit, cermin tua, gagang telepon berlapis kuningan, koleksi pipa cerutu, lukisan kuno, meja kerja raksasa, dan barang lainnya, bersinergi apik satu sama lain.
1331737888723554282
Bicara soal makanan? Disini gudangnya angkringan versi repackage. Kenapa begitu? Karena basis menunya tetap sesederhana manu angkringan. Tapi dikemas ulang dengan tampilan yang jauh lebih ciamik. Sebut saja Nasi Kucing, Rawon Jumbo, Gudheg, Mie Goreng Jawa, Kupat Sayur, atau cicipi hot stone steak bernama Maheso Selo Gromo. Oh jangan lewatkan juga seruput macam-macam es racikan The House of Raminten. Mulai dari Es Teler Raminten, Susu Pawon Kebumen, Dawet Gladri, Gajah Ndekem (teh gelas jumbo dengan celupan apel kupas bulat didalamnya), Es Ponconiti dengan gradasi ungu, Es Purworukmi, Bir Pletok, sampai Es Krim Bakar.Slurrrpp! Rangkaian suguhan klasik sekaligus nyentrik di atas bisa dinikmati dengan kisaran harga bersahabat. Mulai dari Rp 1.000 - 25.000 saja. Backpackers really should come over here. And yes, Jogja made me bat my eyelashes one more time!The House of Raminten Jl. FM. Noto no. 7, Kotabaru Yogyakarta Telp. +62-274-547315 Andyna Sary 14 Maret 2012 Photos by: puppytraveler.com, tripadvisor.com, LangitSoreku, Gebrakers