Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jumat Agung: Mengenang Jejak Sengsara Sang Penebus di Tanah Yerusalem

18 April 2025   17:12 Diperbarui: 18 April 2025   17:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Sengsara Yesus, Sumber: Komsos Paroki Sedayu

Mentari pagi di Yerusalem kala itu mungkin tak jauh berbeda dengan pagi-pagi lainnya. Namun, udara terasa berat, seolah menyelimuti duka yang mendalam. Hari itu, yang kelak dikenal sebagai Jumat Agung, menjadi saksi bisu dari puncak pengorbanan seorang pria yang diyakini jutaan umat Kristiani sebagai Sang Penebus: Yesus dari Nazaret.

Kisah sengsara Yesus bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah narasi pilu tentang pengkhianatan, penyangkalan, penghinaan, dan penderitaan fisik yang luar biasa. Perjalanan-Nya menuju Golgota, bukit tengkorak di luar tembok kota Yerusalem, adalah sebuah prosesi duka yang mengguncang hati.

Semuanya bermula dari malam Perjamuan Terakhir, sebuah momen kebersamaan yang intim antara Yesus dan murid-murid-Nya. Di tengah hidangan sederhana, Yesus menyampaikan pesan-pesan perpisahan dan mengisyaratkan pengkhianatan yang akan segera terjadi. Yudas Iskariot, salah satu murid terdekat-Nya, telah terperangkap dalam janji uang perak untuk menyerahkan Yesus kepada para imam kepala dan tua-tua Yahudi.Malam itu juga, di Taman Getsemani, di bawah rembulan yang mungkin memancarkan cahaya perak yang dingin, Yesus bergumul dalam doa yang penuh kecemasan. 

Beban dosa umat manusia terasa begitu berat hingga keringat-Nya menetes seperti darah. Di sana pula, Yudas datang bersama serombongan orang bersenjata, dan dengan ciuman pengkhianatan, ia menyerahkan gurunya kepada mereka.Penangkapan Yesus diikuti dengan serangkaian interogasi dan penghinaan. Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Ia dituduh menghujat Allah karena mengaku sebagai Anak Allah. 

Meskipun tak ada bukti yang kuat, mereka bertekad untuk menjatuhkan hukuman mati.Kemudian, Yesus dibawa ke hadapan Pontius Pilatus, seorang gubernur Romawi yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan hukuman. Pilatus, yang awalnya ragu akan kesalahan Yesus, mencoba melepaskan tanggung jawab dengan menawarkan pilihan kepada kerumunan orang banyak untuk membebaskan satu tahanan: Yesus atau Barabas, seorang pemberontak dan pembunuh. Teriakan "Bebaskan Barabas!" dan "Salibkan Dia!" bergema, menenggelamkan suara keadilan.

Di bawah tekanan massa, Pilatus akhirnya menyerah. Ia mencuci tangan sebagai simbol ketidakberdayaannya dan menyerahkan Yesus kepada para prajurit Romawi untuk disesah dan disalibkan.Cambukan demi cambukan merobek tubuh Yesus, meninggalkan luka menganga dan rasa sakit yang tak terperi. Mahkota duri, yang dianyam dengan kejam, dipaksakan di kepala-Nya, menambah penderitaan dan penghinaan. Ia dipaksa memanggul salib-Nya sendiri, kayu berat yang akan menjadi alat eksekusi-Nya, menuju Golgota.Perjalanan menuju Golgota adalah sebuah Via Dolorosa, jalan penderitaan. 

Di tengah kerumunan orang yang mencemooh dan beberapa wanita yang menangisi-Nya, Yesus berjalan dengan langkah tertatih-tatih. Beberapa kali Ia terjatuh di bawah beban salib, namun dengan sisa-sisa kekuatan, Ia bangkit kembali.Akhirnya, sampailah Ia di Golgota. Di sana, di atas kayu salib, tangan dan kaki-Nya dipaku. Rasa sakit yang menusuk dan membakar tak terbayangkan. Di antara hembusan napas yang semakin lemah, Yesus mengucapkan kata-kata terakhir yang sarat makna, termasuk seruan kepasrahan kepada Bapa-Nya.Kegelapan menyelimuti bumi saat Yesus menghembuskan napas terakhir. 

Gempa bumi mengguncang, dan tabir Bait Suci terkoyak menjadi dua, seolah alam semesta turut berduka atas kepergian Sang Penebus.Jumat Agung bukan hanya tentang mengenang penderitaan fisik Yesus, tetapi juga tentang merenungkan makna pengorbanan-Nya. Umat Kristiani percaya bahwa melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus menebus dosa-dosa umat manusia dan membuka jalan menuju keselamatan.Di berbagai belahan dunia, umat Kristiani memperingati Jumat Agung dengan khidmat. Gereja-gereja mengadakan ibadah khusus, sering kali diisi dengan pembacaan kisah sengsara, perenungan, dan doa. 

Beberapa tradisi bahkan melibatkan visualisasi Jalan Salib, mengingatkan umat akan setiap tahap penderitaan Kristus.Di Indonesia, Jumat Agung dijadikan hari libur nasional, memberi kesempatan bagi umat Kristiani untuk beribadah dan berkumpul bersama keluarga. Suasana khusyuk terasa di gereja-gereja, di mana umat merenungkan makna pengorbanan dan kasih Allah yang tak terhingga.Kisah sengsara Yesus pada Jumat Agung adalah pengingat yang kuat akan harga sebuah pengorbanan dan kekuatan cinta yang rela menanggung segala penderitaan demi keselamatan orang lain. 

Di tengah kesunyian dan perenungan Jumat Agung, umat Kristiani diajak untuk menghayati kembali jejak sengsara Sang Penebus dan memaknai kembali arti pengorbanan dalam kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun