Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Hanya Mau Belajar karena Insentif dan Sertifikat, Benarkah?

3 November 2019   22:53 Diperbarui: 5 November 2019   12:44 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Bekasi Merdeka Belajar 1|dokpri

Pagi itu seakan tubuhnya sangat berat untuk bangkit dari tempat tidur, rumah masih sangat berantakan sisa masak untuk suami sarapan, hari ini hari libur tapi masih banyak tugas rumah yang harus diselesaikan. Ingin sekali rasanya rehat dan santai berlama-lama karena merasa tubuh sudah bekerja sangat keras dari Senin sampai Sabtu. 

Mengajar berbagai jenis karakter yang berbeda bukanlah perkara yang mudah, ada kalanya seorang guru harus menekan emosi dan memupuk kesabaran, menekan ego dan amarah, untuk tetap membuat setiap anak nyaman adalah sebuah pekerjaan yang sangat melelahkan. 

Tapi mengajar selalu memberikan semangat baru dalam hidup, setiap hari selalu ada harapan baru yang ingin segera terkabul dari setiap murid yang selalu semangat datang untuk  mencari ilmu, yah namanya juga manusia biasa, selalu ada masa dimana tarikan-tarikan kecil yang selalu membuat konsistensi terasa sangat berat.  

Hari itu juga bertepatan dengan jadwal nobar (nonton bareng) Komunitas Guru Belajar di Bekasi, tapi dia masih saja asik berselancar di dunia maya , sambil guling-guling di kasur menikmati sedikit waktu untuk berleha-leha.

Menunggu jam hingga menunjukan pukul 06.00 WIB tepat untuk mengeksekusi tugas rumah yang seakan memanggil-manggil untuk segera di bereskan, sambil sesekali membuka MAP untuk mengetahui dimana lokasi nobar hari itu.

Senang rasanya bertemu teman-teman para guru merdeka belajar yang sudah lama tak berjumpa, membicarakan hal-hal sepele dengan tawa kecil yang menggelitik, sambil menyiapkan tempat yang nyaman untuk nonton , ada yang menyiapkan infokus, sound system, laptop, dan layar, ada juga yang menyiapkan piring  dan menata kue-kue serta makana yang di bawa oleh setiap peseta dan panitia.


Atmosfir itu sudah lama rasa nya tidak dia temukan di tempat kerja, energi-energi positif mulai ia rasakan , berkumpul dengan orang-orang yang penuh kesadaran dan pengorbanan untuk bisa belajar tanpa paksaan, meninggalkan anak, suami dan zona nyaman untuk bersantai menikmati hari libur bersama keluarga, tapi mereka orang-orang hebat ini memilih untuk mencari pelajaran, ilmu dan pengembangan untuk tetap bisa profesional di pekerjaannya sebagai seorang guru.

Tiba saatnya video di putar, video tersebut menayangkan seorang tokoh inspiratif di bidang pendidikan yaitu Najeela Shihab di acara TPN 2016,  disana beliau memaparkan tentang merdeka belajar, "merdeka belajar selau dilatar belakangi dari anak-anak.

Sebagian besar anak Indonesia dunianya hanya sebatas didalam kelas, mimpinya hanya terbatas tingginya tangan untuk menjawab pertanyaan guru, yang kita para pendidik inginkan adalah anak-anak yang punya aspirasi tinggi, yang punya cita-cita melampaui langit, melampaui batas ruang kelas, melampaui dunianya dan ini hanya akan terjadi pada saat anak-anak punya kemerdekaan belajar.

Kemerdekaan murid-murid dikelas hanya akan terjadi pada saat pendidik juga memiliki kemerdekaan belajar. Kemerdekaan adalah resep dasar yang harus dimiliki pendidik untuk dapat menciptakan kemerdekaan dikelas. 

Dikomunitas guru belajar kita percaya bahwa, proses kemerdekaan itu bukan suatu yang diberikan, tetapi sesuatu yang kita gerakan. Pada saat kita berbicara merdeka belajar sebetulnya ada beberapa hal yang sangat esensial, yaitu komitmen, kemandirian dan refleksi, jelas Bu Ella.

Guru Bekasi Merdeka Belajar 2|dokpri
Guru Bekasi Merdeka Belajar 2|dokpri
Lanjut bu Ella, komitmen pada tujuan, tapi sebaian besar dari kita yang setiap hari bergerak tau betapa sulitnya kita konsisten pada tujuan. Salah satu tantangan yang besar dalam komitmen pada tujuan adalah membedakan cara dengan tujuan.

Kita sering kali terjebak pada tugas-tugas administrasi, terjebak pada ketentuan-ketentuan birokrasi, ujian, akreditasi, seleksi dan nilai, yang sebetulnya itu hanya cara kemudaian menjadi tujuan dan proritas utama bahkan mengalahkan prioritas yang lebih tinggi dari prioritas tujuan utama pendidikan Nasional. Kemandirian, proses kemandirian memiliki banyak tingkatan, yaitu kesadaran, masukan atau konsultasi dan pemberdayaan, terang Bu Ella.

Lanjut Bu Ella, Namun proses tersebut terhambat dengan adanya manipulasi, banyaknya jabatan, banyaknya uang, yang kemudian membuat proses guru belajar dan semangat guru belajar menjadi sesuatu yang masih sulit untuk sebagian besar dari kita sebagai pendidik. Refleksi, kemampuan untuk refleksi sulit untuk dilakukan.

Sebagian dari kita cenderung menutup mata, menolak untuk melihat cermin dengan seribu satu alasan, kita bilang masyarakat belum paham, kita bilang anak-anak tidak mengerti, kita bilang orang tua akan menentang, padahal itu alasan dari ketakutan diri kita sendiri untuk menuju perubahan.

Di tahun 70-an di pakar pendidikan dari Amerika dan dia membandingkan anara proses NASA pada saat mengirimkan apollo ke bulan dibandingkan dengan reformasi pendidikan, menurut dia jauh lebih sulit melakukan reformasi dibidang pendidikan.

Kenapa? Karena selain butuh waku yang sangat lama juga membutuhkan kesepakatan antara begiu banyak pemangku kepentingan dan keberhasilan itu sulit dilihat, sehingga tidak heran banyak yang bilang pendidikan itu penting tapi tidak menjadikan itu sebagai prioritas utama.

Hal lain yang menjadi PR besar bagi kita para pendidik adalah melawan miskonsepi, miskonsepsi mengenai guru itu hanya mau belajar karena ada insenif dan sertifikat, guru hanya mau belajar dan harus belajar pada ahli dan dari pakar pendidikan, guru hanya belajar cuma cukup tau cara atau "how to", guru  belajar dengan terburu-buru dengan target dan dipaksaan, dan guru merupakan kunci yang memiliki kompetensi yang bersifat individu.

Padahal guru seharusnya belajar karena kebutuhan alamiah, guru belajar dari guru lain, guru membutuhkan figur yang realistis, guru yang belajar dari banyak kegagalan yang kemudian akhirnya berhasil, guru belajar adalah guru yang tau tujuan dan konteks pembelajaran.

Guru belajar butuh waktu untuk memahami inovasi, butuh waktu unuk memiliki inovasi dan butuh waktu untuk membuktikan apakah inovasi sesuatu yang sesuai atau sesuatu yang tidak bisa di pakai, guru belajar bukan tenang kompetensi yang bersifat individu , kompetensi adalah potensi individu yang didukung oleh ekosistem yang baik,"jelas Bu Ella.

Guru Bekasi Merdeka Belajar 3|dokpri
Guru Bekasi Merdeka Belajar 3|dokpri
Setelah pemutaran video, kami melakukan diskusi singkat dan sharing mengenai pengalaman mengajar masing-masing, tak terasa 5 jam sudah kami sharing dan diskusi banyak hal yang kami dapat dari nobar hari itu mulai dari pemaparan dari bu Ella sampai pengalaman mengajar masing-masing, mulai dari pengalaman yang menyenagkan, menyedikan, penyesalan dan pengalaman mengajar lainnya yang memperkaya khasanah ilmu yang bisa kami terapkan dan tularkan semangatnya di kelas.

Kemudian kami melakukan shoot dan foto pembuatan video klip a la kami, ah jadi berasa artis . Mencari property dan mencari spot foto dan video yang bagus, bergaya mengikuti lirik hehe, asyik ya ternyata nobar nya, ahhh coba makin banyak ibu dan bapak guru yang bisa ikut pasti tambah seru dan asyik deh.

Sumber: Dahlia Asyaarih, Penggerak Komunitas Guru Belajar Bekasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun