Mohon tunggu...
Andung Yuliyanto
Andung Yuliyanto Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

penikmat seni, penikmat teh, penikmat buku dan juga penikmat jalan-jalan....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terbanglah Laksana Garuda...

29 Agustus 2018   15:42 Diperbarui: 29 Agustus 2018   16:04 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kejadian ini kesannya agak sedikit lebay, tapi asli, no drama. Ketika menyaksikan pertandingan bulutangkis pada Asian Games 2018 (AG 2018), istri saya,  seringkali kaki dan tangannya tiba-tiba menjadi dingin dan berkeringat. Malah terkadang dia mengambil bantal dan menutup sebagian wajahnya. Hanya berani mengintipnya. Sedangkan saya, bisa berteriak lebih keras. 

Dibandingkan dengan menonton sepak bola di final piala dunia kemarin. Seringkali, permainan bulutangkis AG 2018 ini,  membuat jantung kami deg-degan lebih keras dari biasanya, seperti sedang menyaksikan film horor.Lama kami tidak pernah menyaksikan pertandingan yang melibatkan emosi sedalam ini. Dan perasaan itu terulang tahun ini.

Jadi, kalau ditanya, kapan kamu sangat bangga dengan Indonesia ?

Saya akan menjawab, yang pertama adalah sewaktu peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka. Tepatnya tahun 1995. Hari itu, dari bukit Pathuk -- Gunung Kidul, saya melihat kota Jogja penuh dengan hiasan lampu warna-warni. Sangat semarak. Penjor dan berbagai penak-pernik merah-putih berjejer di sepanjang jalan. Bukan hanya di kota Jogjakarta, di kota lainpun bisa kita rasakan kemeriahannya.

Bahkan lagu Merah Putih ciptaan Gombloh yang dinyanyikan Artis Musica Record, sebagi official songnya, menjadi sangat ngehits. Sampai hari ini pun masih menyukai lagu itu. Saya masih sering memutarnya.

Yang Kedua, adalah tahun 2018 ini. Banyak kebanggaan dengan Indonesia. Entah mengapa, saya merasakan heroisme dan rasa nasionalisme itu luar biasa menguat dalam diri. Salah satunya karena Asian Games ini. 

Dimana saya sudah demikian jatuh cinta dengan seremoni pembukaannya. Luar biasa megah. Opening yang mampu mengeksplor kekayaan Indonesia dengan sangat cantik dan elegan. Atau jangan-jangan, karena lagunya Via Vallen yang seksi itu, mampu memompa gairah perjuangan para atlit dan mungkin rakyat Indonesia.

Bahkan, dalam Asian Games ini  Indonesia mampu memecahkan atas rekornya sendiri. Mengukir prestasi baru dengan pencapaian 26 medali emas dalam perhelatan AG 2018 kali ini. Indonesia juga telah berusaha  menjadi tuan rumah yang ramah dan baik bagi pesta ini. Bila dibandingkan dengan tahun 1962  Indonesia didaulat menjadi tuan rumah Asian games untuk pertama kalinya. 

Mungkin Opening ceremonynya tidak seheboh ini. Namun kepercayaan Negara-negara lain kepada Indonesia yang belum lama merdeka itulah kado kehormatan bagi kita.

Tahun itu, Indonesia mampu mendapatkan 11 medali emas. Menjadi peringkat kedua, dan Jepang menduduki  peringkat pertama. Saat ini setelah lebih dari 55 tahun, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggarakan Asian Games lagi. Ini kado yang luar biasa indah. Dan tahun ini adalah pencapaian medali emas terbanyak sepanjang sejarah negeri ini.

Meskipun saat ini Indonesia, menjalani tahun politik. Namun, untuk Asian Games 2018, Saya tidak melihat dari aspek lain. Apalagi aspek politi, tidak. Tidak, sama sekali. Saya hanya melihat jumlah medali emas yang telah dikumpul oleh para atlit dengan jerih payahnya. Saya juga tidak peduli apakah ini karena Bapak  Presiden Jokowi yang sebagi Bapak, mampu melihat potensi para Atlit Indonesia, sehingga sanggup membesarkan hati anak-anaknya ?. 

Atau sebagai figure ayah, Jokowi mau "ngeloni" anak-anaknya sehingga merasa tentram. Memang dalam Asian Games ini, Bapak Presiden seringkali hadir untuk sekadar memberikan support ana-anaknya.

Hmm... bisa juga karena unsur hadiah yang besarnya dinaikkan dari 400 juta (Asian Games tahun 2014) menjadi 800 juta -- 1,5 Milyar (Asian games 2018). Belum lagi ada bonus pengangkatan menjadi PNS. Bonus pemberian rumah juga bonus dari perusahaan swasta yang terlibat?

Atau jangan-jangan ini bentuk protesnya para Atlit kita, karena adanya pengabaian (pesimisnya) mantan menteri olah raga saat Pemerintahan Presiden SBY, Roy Suryo, yang malah akhirnya justru membuat para atlit ini melecut dirinya membuktikan bahwa mereka  tidak seperti yang disangkakan itu. Mereka mencounternya dengan prestasi.

Mungkin juga  karena Pak Prabowo yang menjabat sebagi ketua IPSI, Ikatan Pencak Silat Indonesia. Mengapa pencak silat ? karena dari cabang olah raga ini mampu mempersembahkan 9 medali emasnya. Persembahan terbesar juga dalam sejarah cabang olah pencak silat Indonesia.

Benar, saya tidak peduli dengan itu semua. Saat ini saya hanya ikut merasa bangga pada para Atlit itu. Mereka telah berjuang demi Indonesia. Mereka berjuang demi bendera merah putih agar sejajar dengan bendera negara lain. Sudah sewajarnya kan kita dukung mereka, bila lagu kita masih sama INDONESIA RAYA ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun