Mohon tunggu...
anata
anata Mohon Tunggu... apa yang kutulis tetap tertulis..

mengamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hype Lari, Cari Keringat Sekalian Cari Cuan

7 Juli 2025   09:29 Diperbarui: 7 Juli 2025   09:29 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lari cari keringat sekalian cari cuan (gambar dibuat ai)

Tahun 490 S.M. Yunani memenangkan pertempuran dengan bangsa Persia, seorang prajurit Yunani bernama Pheidippides ditugaskan menyampaikan kabar kemenangan tersebut, maka ia pun berlari dari kota Marathon ke Athena sejauh 40 kilometer untuk memberitahukan bahwa Persia sudah takluk. Pheidippides lari, itu asal lari marathon, cabang olahraga masterpiece bagi para pelari.

Lari pada dasarnya olahraga yang sederhana, namun pengaruh media sosial meningkatkan popularitas olahraga, muncul berbagai komunitas dan ajang lari. Publikasi yang berlebihan tersebut seolah menjadi hype, yang akhirnya mendorong masyarakat tidak hanya sekadar berolahraga namun menjadi ajang bersosialisasi dan bergaya.

Lari, Dari Olahraga Sederhana Menjadi Hype

Pelari ada 2 kategori, yaitu pertama kategori professional atau atlet, golongan ini tidak perlu diperdebatkan lagi eksistensinya, karena mereka pelari sungguhan. Golongan kedua adalah pelari yang melakukannya karena hobi, itu  pun terbagi lagi pelari yang rutin latihan dengan tujuan olahraga   dan ada juga pelari musiman, mereka ini jenis pelari yang ikut tren.

Ajang lari diikuti banyak peserta (sumber: therunningchannel.com)
Ajang lari diikuti banyak peserta (sumber: therunningchannel.com)

Tren lari muncul semenjak para penggiat hobi lari membentuk komunitas, di sini terbentuk ruang komunikasi dan menjelma menjadi pergaulan sosial, lambat laun membentuk simbol sosial. Kemudian semenjak berbagai ajang lari bermunculan karena melihat peluang, tren olahraga lari ikut menanjak peminatnya.

Sebetulnya olahraga merupakan aktivitas positif, menyehatkan jiwa, banyak pelari non atlet yang prestasinya cukup bagus, pelari kategori ini berpartisipasi ajang lari karena ingin meraih prestasi, menguji hasil latihan rutin, atau memang sekadar berolahraga. Mereka turut menjadi katalisator atau penggerak lari semakin digemari.

Olah raga lari semakin digemari (sumber:ahotu.com)
Olah raga lari semakin digemari (sumber:ahotu.com)
Menurut Patrick J. McGinnis, motifnya adalah Fear of Missing Out (FOMO), takut kehilangan momentum karena dorongan simbol status sosial dan ditambah adanya sorotan media sosial, lari tidak hanya sebatas olahraga malah bergeser menjadi cara mencari pengakuan eksistensi lewat foto memakai medali finisher dan jersey. Biasanya para pelari ini hanya meramaikan ajang lari, tidak salah juga karena acara menjadi lebih meriah. Pakai atribut mahal, tapi urusan pace soal belakangan. Dari sini hype lari muncul. Olahraga yang dulunya murah meriah, menjadi ladang cuan.

Cuan, Lari Jadi Ladang Bisnis

Semarak ajang lari pada akhirnya beralih rupa menjadi ladang cuan, para promotor dan event organizer (eo) beramai-ramai menggelar ajang lari. Mendadak semua jadi pelari. Langkah para pencari cuan ini tentu dikarenakan, bisnis lari menggiurkan, peserta cari keringat penyelenggara cari cuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun