Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Balada Bank Kecil Ditaksir Jadi NeoBank

28 Februari 2021   12:24 Diperbarui: 1 Maret 2021   08:46 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teknologi keuangan (SHUTTERSTOCK/Joyseulay) via kompas.com

Dikisahkan di kota Detroit, Amerika Serikat, dalam keadaan darurat keamanan akibat tingkat kejahatan tak terkendali. Para pelaku kejahatan di kota tersebut merajarela meresahkan para penduduknya. Kota menjadi tidak aman, dan aparat polisi kewalahan menangani kasus demi kasus kejahatan dengan tindak kekerasan setiap harinya.

Sampai di suatu ketika seorang petugas bernama Alex Murphy tewas menjadi korban kekerasan ketika melakukan tugasnya mengawal keamanan kota Detroit. Kemudian oleh Omni Consumer Products Murphy diubah menjadi sebuah cyborg polisi. Dan bertugas melakukan fungsi polisi menumpas kejahatan.

Dalam perjalanan kisahnya ternyata cyborg tersebut masih memiliki ingatan dan perasaan masa lalunya ketika hidup sebagai manusia. Hal itu terjadi dalam film berjudul RoboCop, dimana teknologi dikembangkan dan digunakan sebagai perangkat kepolisian.

Teknologi dan umat manusia senantiasa bergerak dinamis berevolusi mencari format yang dianggap lebih sepadan. Evolusi adalah perubahan dalam kehidupan, tak terkecuali bidang teknologi pun terus bergerak mengikuti perkembangan zaman.

Di industri keuangan, khususnya perbankan, teknologi merupakan fondasi utama. Di zaman manusia menuntut kecepatan dan kepraktisan terutama masalah waktu serta kesibukan, perbankan tidak dapat lagi mengandalkan keberadaan fisik dari para personel berikut kantor cabangnya. Pergerakan nasabah bank saat ini membutuhkan jaringan lebih luas namun seolah tidak terbatas.

Ilustrasi: wanderlustingk.com
Ilustrasi: wanderlustingk.com
Maka jika tidak ingin mati suri, perbankan turut berevolusi mengandalkan teknologi. Apalagi kehadiran fintech yang seolah menawarkan layanan keuangan lebih mudah bagi masyarakat, perbankan mau tidak mau harus berinvestasi mengembangkan infrastruktur teknologi.

Dampaknya adalah proses manual yang semula dilakukan di kantor cabang beralih menjadi digital. Memang proses manual, keberadaan personel dan kantor cabang belum hilang sepenuhnya, akan tetapi peran teknologi perlahan tapi pasti semakin menggeser fungsi dan proses manual yang sudah lama ada.

Teknologi berfungsi melakukan proses lebih cepat, akurat dan efisien. Tidak lagi terhalang oleh batasan waktu kerja layaknya keberadaan kantor cabang. Terlebih lagi faktor perkembangan gadget alias gawai di kalangan masyarakat semakin berpengaruh terhadap perubahan perilaku, semua menuntut serba canggih. Ke depan tren Neobank atau bank digital akan terjadi dan mengubah wajah perbankan.

Apa itu Neobank Atau Bank Digital?
Jauh sebelum Neobank dikenal, masyarakat pengguna jasa keuangan mendapatkan akses layanan perbankan secara tradisional. Ciri utamanya adalah kehadiran kantor cabang dan para pegawainya. Demi meningkatkan kualitas layanannya perbankan memanfaatkan jaringan telekomunikasi berupa telepon dan perangkat teknologi seperti ATM dan belakangan internet.

Namun di masa perbankan tradisional, nasabah harus tetap berinteraksi di kantor cabang, porsi transaksi di luar kantor cabang masih terbatas. Sehingga antrian di kantor cabang masih ramai dan nasabah kerap menunggu lama hanya sekadar melakukan transaksi, belum lagi adanya potensi human error.

Ilustrasi: merchantscapital.com
Ilustrasi: merchantscapital.com
Semuanya membutuhkan waktu dan terkesan merepotkan. Tuntutan kebutuhan jaringan lebih luas dan memberi kemudahan bagi nasabah, maka perbankan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga menjadi agen.

Fungsi agen ini adalah sebagai rekan bank dalam memberikan akses layanan keuangan bagi masyarakat, seperti transaksi tarik, setor tunai atau pembayaran. Baru setelah kehadiran aneka gawai dan perangkat teknologi lainnya perbankan semakin getol mengoptimalkan layanan mobile banking.

Aneka layanan tersebut sifatnya adalah lintas saluran atau omni channel belum sepenuhnya terintegrasi. Pada prosesnya di baliknya semua lintas saluran tersebut membutuhkan proses interface sampai seluruh data bisa digunakan. Perbedaan mendasar di konsep bank digital, semua proses data dilakukan terintegrasi.

Jangan salah persepsi, mobile banking bukanlah digital banking. Berbicara digital banking berarti membicarakan fungsi bank dalam konsep digital, sehingga mobile banking hanya salah satu fungsi dari digital banking atau bank digital.

Ilustrasi: computerera.com
Ilustrasi: computerera.com
Lalu apa sebenarnya Neobank atau bank digital? Sederhananya adalah fungsi perbankan yang dilakukan secara daring alias online, mengandalkan jaringan komunikasi dan teknologi tanpa melibatkan keberadaan fisik kantor cabang.

Dalam hal ini tidak hanya transaksi, melainkan lebih luas dari itu. Bank Digital memberikan layanan mencakup segala sesuatu kebutuhan nasabah yang dapat dilakukan di kantor cabang. Semua dapat dilakukan melalui akses dari gawai milik nasabah. Full digital services! Tidak ada antrian di depan Teller dan tidak perlu mengisi berbagai kertas formulir, semua hanya perlu akses dan input dari gawai. Mudah dan praktis.

Balada Bank Kecil Ditaksir Jadi Neobank
Belakangan di pasar bursa saham, beredar kabar mengenai isu bank kecil akan diambil alih kepemilikannya oleh perusahaan teknologi, tujuannya adalah disulap menjadi Neobank atau bank digital. Dampak dari ramainya kabar tersebur mengakibatnya harga saham dari bank kecil mendadak naik.

Bank Bumi Arta sampai Bank Capital digosipkan sahamnya akan dibeli, kemudian muncul lagi berita Bank Kesejahteraan Ekonomi yang akan dibeli oleh induk Shopee. Fenomena ini sebelumnya sudah pernah terjadi pula ketika Bank Artos beralih kepemilikan diambil PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) yang dinakhodai Jerry Eng, dirubah menjadi Bank Jago.

Ilustrasi: lbcdigital.com
Ilustrasi: lbcdigital.com
Dalam strategi persaingan perbankan dan pengelola layanan keuangan lainnya atau sebut saja fintech ada 3 skenario yaitu bank mengembangkan sendiri infrastruktur teknologi layaknya fintech, opsi ini membutuhkan biaya besar. Skenario kedua adalah bank bekerjasama dengan fintech, opsi ini banyak terjadi. Terakhir adalah fintech membeli bank, hal ini yang akan banyak terjadi.

Mengapa bank kecil dibidik untuk dijadikan Neobank? Perlu disadari pula bahwa sesungguhnya keberadaan bank kecil di peta persaingan perbankan dalam posisi serba salah. Sulit bersaing dengan bank besar dari sisi modal dan jaringan usaha, sementara tuntutan sang Otoritas Jasa Keuangan mengharuskan para bank kecil ini terus memperkuat modalnya. Ini bukan perkara gampang.

Pangsa pasar bank kecil semakin tergerus karena kehadiran fintech atau pesaing terselubung dari peredaran e-moneydan para pelaku e-commerce yang semakin tertarik menggarap layanan keuangan. Dan bank kecil juga banyak terjebak pada masalah kredit bermasalah, ditambah tertinggal dalam hal infrastruktur teknologi. Maka tak heran banyak bank kecil loyo kinerjanya.

Ilustrasi: commbank.com.au
Ilustrasi: commbank.com.au
Sedangkan bisnis milik para pengelola layanan keuangan berbasis teknologi semakin berkembang, namun keberadaan mereka terbatas karena secara regulasi tidak bisa melakukan fungsi intermediasi keuangan sepenuhnya. Dasar utama penghimpunan dana masyarakat adalah Undang-undang Perbankan, sedangkan pelaku layanan keuangan non-bank bukanlah lembaga keuangan seperti halnya bank.

Cara mudah yang ditempuh adalah mengambil saham bank kecil dan dijadikan media usaha mereka. Mengingat proses mendirikan bank baru juga tidak mudah, maka dengan modal yang dimiliki lebih mudah dan murah jika membeli saham bank kecil yang sudah memiliki izin. Plug and play, tinggal merombak organisasinya dan mengubah model bisnis sesuai visi dan misi pemilik baru.

Prospek Neobank di Indonesia
Di berbagai belahan dunia, Neobank sudah beroperasi dan melayani masyarakat. Inggris mengenal Atom Bank, Amerika Serikat memiliki Axos Bank, di Asia ada WeBank dari Tiongkok atau Kakao Bank berasal dari Korea Selatan.

Kawasan Asia Tenggara di Singapura Aspire Bank telah hadir, keberadaan teknologi di Indonesia yang turut berupaya mengimbangi perkembangan global semakin menuntut keberadaan lahirnya bank digital. Karena pasar di Indonesia masih terbuka lebar untuk digarap, sangat menjanjikan.

Ditinjau dari selera masyarakat menggunakan gawai, di tahun 2020 penjualan perangkat mobile menembus 330 juta unit. Dan pengguna internet di Indonesia mencapai 196 juta, nyaris sebanding dengan populasi yaitu 270 juta jiwa. Artinya adalah perilaku digital di kalangan masyarakat semakin merata, dan sudah menjadi bagian dari perilaku sehari-hari.

Ilustrasi: mozo.com.au
Ilustrasi: mozo.com.au
Namun justru dalam hal inklusi keuangan ternyata Indonesia belum optimal baru sebesar 76,19%. Dan di Indonesia belum ada bank digital yang beroperasi. Semua bank di Indonesia masih terus berupaya menerapkan konsep Neobank secara penuh.

Tantangan utama pengembangan Neobank adalah regulasi. Aturan yang harus dapat memayungi dan memisahkan secara jelas dan tegas fungsi, keberadaan dan pengawasan antara bank dan fintech. Ini akan berujung kepada kewenangan regulator, kegiatan usaha, permodalan dan know your customer (KYC) serta banyak aspek lainnya.

Terkait KYC, ciri khas Neobank adalah integrasi antara jaringan data bank dengan data e-KTP di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) serta data pajak. Walaupun saat ini data perbankan sudah berbasis e-KTP, namun tetap masih dilakukan secara lintas saluran. Dan fungsi biometricbelum merata di setiap bank.

Ilustrasi: businesscomparison.com
Ilustrasi: businesscomparison.com
Diluar regulasi, tantangan persaingan bisnis di sektor perbankan juga sangat ketat. Bank bermodal besar sudah mengambil langkah mengambil bank kecil guna menjalankan proyek bank digital, hal ini tergolong masih baru.

Tujuan pengembangan lini usaha secara independen ini adalah agar induk bank pemilik modal fokus menjalankan bisnis intinya sebagai aktivitas pendulang laba dan lini bank digital berkonsentrasi penuh mengembangkan fungsi digitalnya.

Strateginya adalah jika berhasil, konsep dari lini bisnis digital diterapkan dalam cakupan lebih luas, jika gagal ya tinggal ditutup. Sementara bank lain pun masih mengupayakan pengembangan dan mencari bentuk ideal dari bank digital. Artinya adalah Indonesia belum memiliki bank digital sepenuhnya. Apakah harus menunggu sampai bank asing masuk dan menerapkan Neobank? Tentu sangat diharapkan bank lokal lah yang menjadi pelopor sebagai Neobank di Indonesia.

***
Ternyata Omni Consumer Products (OCP) bukan sebuah organisasi yang dikelola oleh manusia benar, OCP memiliki rencana jahat menyalahgunakan kecanggihan teknologi demi keuntungan sendiri. Dan rencana jahat tersebut terbongkar oleh RoboCop. Maka RoboCop bertarung melawan alat penghancur ciptaan OCP yaitu robot ED-209. Terjadilah adegan pertarungan epic antar robot pembela kebenaran menghadap robot besar bersenjatakan senapan mesin otomatis.

Teknologi bisa membantu kehidupan umat manusia jika digunakan secara baik dan benar, tetapi bisa menjadi malapetaka andaikan teknologi disalahgunakan. Pengembangan dan penemuan berbagai alat teknologi seharusnya menjadi pendukung umat manusia melakukan tugasnya yaitu memanusiakan sesama manusia dengan penuh cinta kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun