Mohon tunggu...
anata
anata Mohon Tunggu... apa yang kutulis tetap tertulis..

mengamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Peluang, Tantangan, dan Strategi Usaha Kopi Keliling

6 Oktober 2019   17:31 Diperbarui: 9 Oktober 2019   04:51 2466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pejual kopi keliling. (sumber gambar: standard.co.uk)

Setiap pagi Abah Mul (63) selalu mengayuh sepedanya penuh dengan barang dagangan untuk menuju kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Sejatinya pria asal Brebes ini sudah 40 tahun berjualan kopi seduh, tapi mulai tahun 1999 atau 20 tahun lampau mulai melakukan usaha kopi keliling dan setiap pagi selalu mangkal di kawasan Harmoni. 

Di sepedanya dapat ditemui beragam makanan, mulai dari roti goreng, keripik dan aneka gorengan, serta tentu saja tersedia kopi dalam bentuk sachet siap seduh.

"Lumayan hasilnya bisa kasih nafkah buat keluarga, usaha kaya gini mungkin sepele, tapi anak saya ada 6 orang, hidup semua dari kopi keliling." Demikian komentar Abah Mus. 

Pelanggan Abah Mus dapat dikatakan menjangkau banyak profesi, mulai dari pekerja kantoran, para penarik ojek on line, para loper Koran bahkan sampai para pengangguran sekalipun menjadi penikmat setia kopi seduhan Abah Mus.

"Sebetulnya dulu lebih rame  lagi sih, maklum dulu kan masih banyak orang yang pulang dugem, kalo pagi mereka cari kopi atau susu. Pasarnya dari mereka cukup lumayan, sekarang sih saya garap yang ada aja dah. 

Namanya juga usaha, yang penting halal." Dalam sehari Abah Mus mengaku sanggup menjual antara 100 sampai 150 gelas kopi. Jika hari mulai siang, Abah Mus mulai mengayuh sepedanya menuju kawasan Kota Tua, di tempat itu lah Abah Mus berkeliling mencari pembeli lain.

Di Indonesia, kopi merupakan jenis minuman yang cukup digandrungi, budaya minum kopi sebetulnya diperkenalkan sejak era kolonial telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat selama berabad-abad. 

Saking digemarinya muncul beragam jenis kopi dan produk turunannya, kopi juga merambah semua kalangan dari kelas atas sampai masyarakat kelas bawah, semua hanya tinggal menyesuaikan kualitas dan harga kopi.

Ilustrasi: neofoodweb.org
Ilustrasi: neofoodweb.org

Tetapi untuk jenis usaha kopi keliling, saat ini merupakan jenis usaha yang paling mudah ditemui. 

Jika dahulu kita dapat menemukan para pedagang asongan menjajakan rokok, sekarang justru lebih banyak ditemui para pedagang asongan berjualan kopi, memang tak jarang pula mereka menjual rokok, tetapi penjual kopi keliling saat ini memang menjamur.

Menariknya, usaha kopi keliling ini tidak hanya dilakoni oleh para pedagang bermodal kecil dan sangat sederhana seperti Abah Mus. Usaha kopi keliling juga sudah dilirik oleh para wirausaha dengan konsep dan kualitas lebih modern. Tentunya disesuaikan dengan segmen pasar serta harga.

Peluang Usaha Kopi Keliling

Konsep kopi keliling sebetulnya adalah konsep usaha yang sudah lama muncul, di Eropa atau Amerika Serikat dikenal dengan istilah coffee bike atau coffee cart. Jenis usaha ini memang membidik konsumen penikmat kopi yang hilir mudik di jalanan atau take away.

Hal ini juga didorong oleh pertumbuhan konsumsi kopi di Indonesia cukup menjanjikan yaitu mencapai 8% setiap tahunnya. 

Jadi setiap saat muncul penggemar kopi baru dan konsumsi kopi terus dinikmati oleh para penikmat kopi yang lebih senior. Di samping itu fenomena usaha kopi keliling memang memiliki peluang tersendiri.

1. Mudah dan murah

Memulai usaha kopi keliling dapat dikatakan cukup mudah, untuk usaha seperti Abah Mus tidak perlukan kompetensi layaknya barista atau ahli kopi, modal utamanya adalah kemauan dan tekad untuk berkeliling. 

Namun dalam hal ini kopi yang disajikan memang bukan jenis kopi premium, melainkan kopi sachet. Perkara modal usaha, jika sudah memiliki sepeda atau berniat berjualan kopi secara asongan cukup dengan uang Rp. 300 - 500 ribu sudah dapat memulai usaha ini.

Tetapi jika konsep usaha yang dilakukan akan memasuki segmen lebih elit, tentunya dibutuhkan modal lebih besar seperti membutuhkan gerobak kopi dengan desain lebih menarik serta pemilihan jenis kopi. 

Hanya saja tetap akan lebih murah jika dibandingkan dengan membuka usaha coffee shop, karena  usaha kopi keliling tidak membutuhkan tempat permanen. Harga jual kopi keliling rata-rata kisaran Rp. 3 ribu -- 15 ribu. Cukup terjangkau.

2. Pangsa Pasar Terbuka Luas

Masyarakat Indonesia telah menjadikan kopi sebagai minuman sehari-hari, kegemaran terhadap kopi serta budaya masyarakat yang semakin irit waktu menjadi peluang bagi usaha kopi keliling. 

Tetapi untuk menjajakan kopi, sebaiknya memperhatikan terlebih dahulu jenis konsumen apa yang akan dijadikan target penjualan. Jenis, merek usaha serta cara pemasaran sangat berpengaruh terhadap segmen pasar penikmat kopi.

3.  Dapat Bergerak Bebas atau Mobile

Ini merupakan keunggulan usaha kopi keliling dibandingkan dengan coffee shop selain masalah harga. Penjual kopi keliling dapat dengan bebas memilih dan berpindah lokasi, tergantung adanya keramaian yang menjanjikan meningkatkan penjualan.

Ilustrasi: travel.kompas.com
Ilustrasi: travel.kompas.com

Jika ada keramaian atau acara seperti karnaval, hiburan rakyat maupun demonstrasi, penjual kopi keliling dapat dengan mudah ditemui. Biasanya dalam kondisi seperti ini justru barang dagangan mereka lebih cepat terjual.

Tantangan Usaha Kopi Keliling

1. Persaingan Ketat

Jumlah penjual kopi keliling saat ini sangat banyak, produk yang dijual pun cenderung sama. Kondisi persaingan semacam ini membutuhkan upaya cerdas dan keras untuk mendorong tingkat penjualan. 

Bayangkan saja di kawasan padat pengunjung seperti Kota Tua, dapat ditemukan puluhan atau mungkin ratusan penjual kopi keliling. Dan mungkin pula setiap saat bermunculan pedagang pemula untuk mengadu nasib menjual kopi.

2. Regulasi

Persoalan ketertiban terkait pedagang kaki lima memang menjadi persoalan klasik. Siapa pun tokoh yang menjadi pemimpin, persoalan ini akan selalu ada. 

Dan sudah menjadi seperti pengetahuan umum pula bahwa para pedagangan kaki lima termasuk penjual kopi keliling akan selalu bermain petak umpet dengan para petugas Satpol PP.

Regulasi memang menjadi ancaman bagi usaha kopi keliling, walaupun dalam berbagai kesempatan dapat ditemukan para petugas Satpol PP atau aparat keamanan justru menjadi pembeli dan menikmai kopi hasil racikan para pedagang kopi keliling. Unik.

3. Keterbatasan ruang

Dengan mengandalkan gerobak atau sepeda, jelas menjadi tantangan bagi penjual kopi keliling untuk menata barang dagangannya. Untuk kopi sachet biasanya digantung begitu saja di sepeda berikut dengan termos sebagai penampung persediaan air panas.

Ilustrasi: merdeka.com
Ilustrasi: merdeka.com

Air panas merupakan nyawa usaha kopi keliling, sehingga untuk menanggulangi krisis air panas, pedagang harus jeli. Bagi pedagang dengan modal usaha lebih besar, urusan air panas dapat ditanggulangi dengan kompor mini berikut gas portabel. 

Namun, untuk kalangan pedagang kopi keliling kecil, biasanya mengandalkan stok seadanya, jika persediaan menipis mereka kembali ke rumah atau pangkalan kopi keliling untuk mengisi ulang air.

Strategi Usaha Kopi Keliling

1. Layanan dan Hubungan Baik dengan Pembeli

Sebetulnya poin ini memang berlaku umum untuk semua jenis usaha, tetapi mengingat usaha kopi keliling juga menghadapi persaingan ketat, maka faktor layanan dan hubungan baik menjadi faktor penting.

Berikan layanan terbaik bagi pembeli, jangan lupa pula tetap menjalin hubungan baik dengan pembeli. Abas Mul sebagai pedagang kopi keliling kawakan selalu melakukan hal ini. 

Abah Mul mengenal dan selalu mengobrol dengan pembeli setianya, bahkan Abah Mul juga mengetahui kopi macam apa yang menjadi kegemaran dari setiap pembeli setianya.

2. Diferensiasi dan Merek

Suatu usaha membutuhkan keunikan atau pembeda untuk menarik dan diingat oleh pembeli. Diferensiasi dapat berupa jenis kopi atau layanan yang unik atau tidak ditemui dari pesaing. 

Tetapi jika penjual dan pembeli sudah memiliki hubungan baik, jenis komunikasi semacam ini telah menjadi pembeda secara natural, entah disadari atau tidak oleh kedua belah pihak. Obrolan dan lelucon ringan dapat membuat penjual serta pembeli lebih akrab juga nyaman.

Ilustrasi: icetrikes.com
Ilustrasi: icetrikes.com

Diferensiasi juga dapat diaplikasikan dalam bentuk desain gerobak yang unik atau merek usaha yang intinya membedakan dan menjadi pengenal untuk berjualan.

3. Memiliki Lokasi serta Jadwal Berjualan

Tentukan lokasi serta jadwal untuk berjualan yang tepat sehingga dapat meningkatkan penjualan. Usaha dengan model keliling ini sangat memungkinkan dalam sehari untuk selalu berpindah-pindah, namun perlu diperhatikan pula lokasi serta waktu agar dapat memiliki pelanggan tetap.

Hal ini dapat disesuaikan misalnya pada saat jam istirahat makan siang berjualan di daerah perkantoran, kemudian pindah ke lokasi kampus. Perlu diingat pula soal regulasi larangan pedagang kaki lima, jangan sampai barang dagangan akhirnya disita pihak berwajib.

4. Jual Produk Berkualitas dan Digemari Pelanggan

Sediakan selalu kopi sesuai dengan kelas pelanggan, kelas bawah atau menengah. Sekalipun kopi dijual dengan harga murah, tapi kualitas perlu dijaga pula, memang semua akan disesuaikan terkait harga jualnya.

Untuk ukuran kopi sachet, setiap orang pada umumnya menyukai kopi dengan merek terkenal. Karena itu sediakan merek-merek kopi itu agar lebih mudah terjual. Sementara untuk pelanggan kelas lebih tinggi, dapat ditawarkan kopi dengan kualitas premium atau lebih tinggi.

5. Skala Usaha

Di Jerman pada tahun 2010 muncul sebuah merek kopi keliling dengan mana The Coffee Bike, mengusung konsep waralaba atau franchise. Ternyata ide bisnis ini diperoleh secara sederhana oleh Tobias Zimmer dan Jan Sander. 

Usaha ini berjalan cukup sukses dan telah berkembang. Bahkan memiliki perangkat berupa Global Positioning System (GPS) di gerobak kopi mereka, cukup canggih.

Ilustrasi: icetrikes.com
Ilustrasi: icetrikes.com

Waralaba kopi keliling juga dapat ditemui di Indonesia, berbagai merek dan paket penawaran sudah tersedia dan cukup mudah ditemui. 

Untuk ukuran usaha kopi keliling kelas kopi sachet juga sudah banyak para juragan kopi keliling yang memiliki tenaga penjual cukup banyak, mereka memiliki banyak armada sepeda serta memasok kopi setiap harinya, kemudian para penjual akan menyetor hasil penjualan mereka. 

Menariknya para juragan ini ternyata cukup diperhitungkan keberadaannya oleh produsen kopi sachet, karena usaha mereka cukup memberikan dampak penjualan dan keuntungan bagi produsen kopi.

Ada juga para penjual kopi keliling yang bersolo karir atau beroperasi sendiri, tanpa memiliki ikatan kerja sama dengan siapa pun. Mereka dengan bebas menjual gelas demi gelas kopi sedih setiap harinya, memenuhi kegemaran para pembelinya untuk menikmati segelas kopi.

***

Suatu hari, Cuhaya (47) menjadi korban pemutusan hubungan kerja dari tempat berkerjanya, karirsebagai petugas kebersihan usai dengan alasan kecerobohan. Perusahaan membekali Cuhaya dengan pesangon sebulan gaji, sementara gaji bulanan terakhir tetap dibayarkan.

Bingung dengan kondisi menganggur, akhirnya Cuhaya banting setir beralih profesi menjadi penjual kopi keliling. Sepeda tuanya yang selama ini selalu digunakan sebagai moda transportasi dari rumah ke kantor disulap menjadi media berjualan. Karirnya sebagai penjual kopi keliling pun dimulai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun