Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jakarta, Air, dan Persoalannya Menjadi Tanggung Jawab Siapa?

25 Agustus 2019   16:22 Diperbarui: 4 September 2019   15:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air sebagai kebutuhan (Ilustrasi: tirtamandiri.com)
Air sebagai kebutuhan (Ilustrasi: tirtamandiri.com)

Bagi masyarakat menengah ke bawah, pedagang air seperti Cuhaya menjadi solusi paling logis untuk memperoleh air bersih. Hanya saja sampai kapan air bersih akan tersedia jika tidak ada tindakan mengupayakan perbaikan kondisi lingkungan hidup di Jakarta.

Kebutuhan dan Masalah Air Bersih Untuk Penduduk Jakarta

Kebutuhan air bersih di Jakarta pada Januari 2019 adalah 26,1 meter kubik per detik, sedangkan ketersediaan air bersih hanya 17 meter kubik per detik, artinya terdapat defisit sekitar 9 meter kubik. 

Di satu sisi, jumlah penduduk Jakarta pada Desember 2018 tercatat 10,4 juta jiwa dan akan terus bertambah. Artinya kebutuhan air bersih di Jakarta akan terus meningkat. 

Dengan kondisi defisit ketersediaan air diperlukan perencanaan strategis, terukur serta tindakan nyata dari seluruh komponen Pemerintah Provinsi DKI dan tentunya masyarakat untuk menanggulangi permasalahan air bersih.

Saat ini pengelolaan pasokan air di Jakarta ditangani oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), dan sedang diupayakan untuk diganti agar pengelolaan air dapat ditangani langsung oleh Pemprov DKI. 

Menurut PALYJA pasokan air bersih Jakarta diperoleh dari Waduk Jatiluhur, karena 13 sungai yang mengalir ke daerah Jakarta tidak layak dijadikan sebagai sumber air layak konsumsi. Artinya kondisi air dari sungai itu memang telah terkontaminasi alias tercemar. Lagi-lagi penyebabnya adalan pencemaran lingkungan.

Kondisi sungai di Jakarta (Ilustrasi: mediaindonesia.com)
Kondisi sungai di Jakarta (Ilustrasi: mediaindonesia.com)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan solusi untuk memecahkan persoalan air bersih di Jakarta, pertama adalah teknologi nanobubble dengan mengolah air limbah agar tidak mencemari  sungai dan danau. Lalu solusi selanjutnya adalah teknologi integrated floating wetland yang fokus terhadap pemulihan danau dan sungai.

Solusi dari LIPI merupakan pendekatan berbasis teknologi, dan diperlukan biaya dengan anggaran besar sehingga diperlukan keterlibatan dari pihak Pemprov DKI, hal itu memang harus dikoordinasikan dan dieksekusi secara bertanggung jawab agar blue print dapat diwujudkan serta akhirnya menjadi solusi nyata bagi masyarakat. Hanya saja perencanaan dan konsep secanggih apapun akan berat jika tidak ada sumbangsih langsung dari masyarakat.

Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan dan Air

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun